tag:blogger.com,1999:blog-9819907567368663042024-02-18T23:43:37.413-08:00alikhaissalamo salamamoalikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comBlogger67125tag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-49728325060529913682018-01-02T15:39:00.001-08:002023-09-14T03:50:31.552-07:00Drama Musikal "Alangkah Lucunya Negeri Ini"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBRtIRdZSDV5NCuX8JwWZp0-bvYTqB5O3qExjNR3O45Kwbus_SrcuVMqBzGY5bZa9cnFHmHXwBrii82_K4laSMXVhgkG-bxa1WxAQgVk2IglzBlp5EYcdXwP8u2oBQGMIAXLFQ_Lb4SxI/s1600/26167766_1757160630984301_7103923269829367018_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="678" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBRtIRdZSDV5NCuX8JwWZp0-bvYTqB5O3qExjNR3O45Kwbus_SrcuVMqBzGY5bZa9cnFHmHXwBrii82_K4laSMXVhgkG-bxa1WxAQgVk2IglzBlp5EYcdXwP8u2oBQGMIAXLFQ_Lb4SxI/s1600/26167766_1757160630984301_7103923269829367018_n.jpg" /></a></div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comJl. Abd. Raqie Glr. Dato Karama, Lere, Palu Bar., Kota Palu, Sulawesi Tengah 94111, Indonesia-0.88531739999999992 119.8475436-0.88928639999999992 119.84250109999999 -0.88134839999999992 119.8525861tag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-17027526803774317132017-12-19T12:39:00.000-08:002018-01-06T15:21:44.168-08:00Festival Rano Bungi Tetap Bertahan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF388XlE_u0WF6jU8VzYea_QhAjKcC2w1YJIWoeyMKoFowmsoo_5g0tTniQ4J0Dl7g8_7JBy2brzMlxoNggV6QpcXMjsctyUFqqveWpi-N4V7UvStb5dtoxWD5ZBMJwTMjo6Gn4jiixc0/s1600/26230653_847377145469434_6592172051269420944_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="639" data-original-width="960" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF388XlE_u0WF6jU8VzYea_QhAjKcC2w1YJIWoeyMKoFowmsoo_5g0tTniQ4J0Dl7g8_7JBy2brzMlxoNggV6QpcXMjsctyUFqqveWpi-N4V7UvStb5dtoxWD5ZBMJwTMjo6Gn4jiixc0/s640/26230653_847377145469434_6592172051269420944_n.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bungi dalam defenisi lokal masyarakat kaili berarti sebuah lahan perkebunan yang terbentuk karena surutnya air sungai. Sejumlah pekerja Seni dari kabupaten Sigi hingga kota palu telah melakukan beragam kerja kreative dalam Festival posalia rano bungi di tahun ini sebagai harapan untuk terus melahirkan karya-karya cerdas serta membawa dampak yang luas bagi masyarakat di kabupaten sigi, desa kabobona khususnya. Komitmen yang dibangun oleh sejumlah pemuda desa kabobona dengan pemerintah desanya, membawa angin sejuk bagi para pengkarya yang turut berpartisipasi dalam posalia rano bungi 2017, karena festival tersebut menjadi sebuah ruang baru bagi para seniman di daerah, terutamanya kabupaten sigi, kota palu dan donggala, bahkan sampai kabupaten parigi moutong. kegiatan yang mengusung tema "MATUVU KATUVUA MOSINTUVU" atau dapat yang dimaknai dalam konsep Hidup Bersama, Membangun Bersama, digelar pada tanggal 17 — 18 Desember 2017 yang lalu bertempat di Rano Bungi, Desa Kabobona, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditengah minimnya ruang, sarana dan fasilitas kesenian saat ini, membuat para pekerja kreatif di desa kabobona tidak kehabisan akal, memasukan festival posalia didalam rencana kerja desa, sebagai salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikan area rano bungi sebagai tujuan wisata merupakan langkah yang diambil, di era UU Desa saat ini. Dana desa yang dapat diperuntukan bagi pemenuhan infrastruktur kawasan tujuan wisata merupakan harapan besar kedepannya bagi pemuda desa kabobona yang menjadi ujung tombak pelaksanaan festival posalia rano bungi 2017.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari tersebut, menampilkan beragam pertunjukan, antara lain, dari sdn 4 banawa, ss tirauve, kololio, torilino s.s lentera, avo bulava, etno gie dari parigi, komunitas lobo, ss kaktus, culture project , akbar ante roa, uun nashir, ss gonenggati, anas valiri, layar tancap, polelea sigi, dan penampil lainnya. Pada malam penutupan acara ditutup dengan perayaan ulang tahun desa dan pelepasan kembang api.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBal21VUZFpWZcJZ5GwyH644BWLqo5kYBmLN63O-Vz5qnFM0LIEJZGCa120wtCA0RPZfKRbpkiKjH_MfS61GCMyTROsfOtIJR8Wt5z8bkQKdWOxlX9QOOfgRbzqo-3f2-8LlsWzKuhUws/s1600/25446024_840305339509948_1928168032154303210_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBal21VUZFpWZcJZ5GwyH644BWLqo5kYBmLN63O-Vz5qnFM0LIEJZGCa120wtCA0RPZfKRbpkiKjH_MfS61GCMyTROsfOtIJR8Wt5z8bkQKdWOxlX9QOOfgRbzqo-3f2-8LlsWzKuhUws/s640/25446024_840305339509948_1928168032154303210_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comKabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Indonesia-1.3859904 119.88152030000003-3.4173744 117.29973330000003 0.6453936 122.46330730000004tag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-91282309738724038792013-04-08T23:04:00.001-07:002018-01-06T04:23:10.215-08:00Menggagas (Seni) Tradisi di Era Masyarakat Modern<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9ccvfa9sLK96sqi5S1CYt9l2vVY6b3gDU3cxU-wwDZvfA5e7OWy2DcUHjqCY-a6rKosNfOAmb2q3sHNQcaKcU2RDdzVwNEHESd_P_kcNFEtMnJn76xKMM_Blfnivs0ykCeeDJmQP-x9s/s1600/gendang+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="411" data-original-width="640" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9ccvfa9sLK96sqi5S1CYt9l2vVY6b3gDU3cxU-wwDZvfA5e7OWy2DcUHjqCY-a6rKosNfOAmb2q3sHNQcaKcU2RDdzVwNEHESd_P_kcNFEtMnJn76xKMM_Blfnivs0ykCeeDJmQP-x9s/s320/gendang+2.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 115%;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 115%;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 115%;"><em style="background-color: white; font-family: Roboto, Arial, "Helvetica Neue", Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; letter-spacing: 0.16px; text-align: start;"><span style="border: medium none; font-family: calibri, sans-serif; list-style: none outside none; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px;">oleh</span></em><span style="background-color: white; font-family: Roboto, Arial, "Helvetica Neue", Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; letter-spacing: 0.16px; text-align: start;"> </span><strong style="background-color: white; font-family: Roboto, Arial, "Helvetica Neue", Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; letter-spacing: 0.16px; text-align: start;"><span style="border: medium none; font-family: calibri, sans-serif; list-style: none outside none; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px;">Eko Nugroho, Sos. M.Si</span></strong></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 115%;"><strong style="background-color: white; color: #6c6c6c; font-family: Roboto, Arial, "Helvetica Neue", Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; letter-spacing: 0.16px; text-align: start;"><span style="border: medium none; font-family: calibri, sans-serif; list-style: none outside none; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px;"><br /></span></strong></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 115%;">PERDEBATAN tentang meresap
dan mereduksinya nilai-nilai artisitik tradisonal yang menempatkan seni seni
luhur berdampingan denang rangka budaya pop ramai dibicarakan. Baik dalam
teori dan kajian seni positifistik ataupun teori-teori sosial kritis.
Theodor Adorno memberikan sebuah sinyalemen awal antar hubungan eksitensi seni
tradisonal yang dikategorikan sebagai relic budaya tinggi dengan budaya rendah
atau budaya pop. Yang kemudian dalam perkembangan kajian selanjutnya ini
diikutkan pada pembicaraan bahwa popularisasi budaya menghadirkan sebuah
definisi baru dari seni tradisional. Sebuah keramaian baru dipanggung-panggung
atau pun kanvas, ataupun pakeliran.</span><span style="line-height: 115%;">
Bentuk-bentuknya adalah wajah yang kita” merasa kenal’ tetapi itu adalah sebuah
keasingan bagi kita sendiri. Sampai kita memberikan sebuah label tentang
tradisional ataupun modern. Dan begitulah sejarah narasi kita bicara tentang
ruang seni, Bahwa klaim tentang ruangn-ruang seni dipengaruhi secara langsung
oleh trend yang dibentuk oleh permainan seni itu sendiri sebagai komoditas
sosiologis. Yang mengikuti kehidupan manusia dari waktu ke waktu, Menghasilkan
suatu kontinum dan atau melahirkan sebuah klaim baru dari bentuk-bentuk
materinya.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">Seni tradisional disatu sisi adalah sebuah relic, namun disisi lain ini adalah
sebuah materi yang diperbaharui dan direproduksi menjadi simbol-simbol baru
yang kemudian menjadi tidak familiar, menjadi sesuatu yang lain, yaitu yang
hilang dari esensi luhurnya. Misalnya ketika kita melihat acara opera van
java di TV, dalam tayangan ini seni tradisional serupa ketoprak atau ludruk
diadaptasi dan disulap menjadi sebuah tayangan yang sama sekali baru dan
berbeda tujuan dan kontennya hanya tersisa simbol-simbol kosong yang di jadikan
materi lawakan. Kekuatan konstruksi seni lama di jadikan sebuah ansamble dan
kesatuan instalasi yang terkadang ditaruh dalam ruang puzzle yang berantakan.
Atau ketika bicara tentang musik-musik campur sari yang mencoba “menarikan”
nostalgia dalam gerakan-gerakan terputus-putus sehingga dalam ruang cermin
budaya manusia modern tradisionalitas hanyalah sebuah bauran oposisi biner yang
mengundang sebuah elemen ekspresi tertentu bukan melahirkan sebuah rangkaian
identitas yang luhur yang sebenarnya dibawa dalam konstruksi dan
simbol-simbolnya.<br />Dalam hal ini timbul pertanyaan apakah seni modern kemudian telah
menterjemahkan kembali identitas seni tradisional ataukah modernisme justru
memutuskan simbol-simbol identitas tersebut dan mereduksinya dalam sebuah
pastiche yang kosong atau tertawaan ironi dalam parodi kebudayaan yang telah
keluar dari ruang kesenian menjadi sebuah pengejawantahan kericuhan dalam
kehidupan simbolis atau dalam simbolisme kehidupan itu sendiri.<br />Dikotomi seni tradisional dan seni modern ini adalah sebuah diskursus ideologis
sekaligus sebuah diskursus identitas. Sebagai diskursus ideologis maka seni
tradisional adalah sebuah alenisasi bagi sebuah kesenian yang mengakar sebagai
narasi dan mitologi suatu bangsa yang dianggap sebagai sebuah “native activity”
yang juga bisa diartikan sebagai sebuah “tribal action”. Bila dilihat tema ini
adalah sebuah konotasi dalam diskursus seni. Yang menempatkan aktivitas
budaya lokal dan orsinil itu sebagai sebuah budaya yang tersingkir dalam
panggung modernisme. Dimana seni tradisional dianggap sebagai out of
civilization dan merupakan peradaban kelas dua. Ini artinya seni tradisional
dimana terdapat narasi identitas didalamnya dikesampingkan atau teraleniasi
dari posisinya, diganti dengan sesuatu yang lain yang meng-subordinan’kan
eksitensi budaya suatu komunitas. Ini adalah gejala ideologis yang berekses
pada positioning suatu sikap dan keprcayaan orang terhadap suatu materi seni
tersendiri yang berakar juga pada bentuk-bentuk supremasi diskursif dari
kekuasaan tertentu yang menempatkan budaya tertentu dalam mekanisme hegemoni
budaya. Misalnya ketika ludruk atau lenong sebagai bentuk budaya tradisional
dianggap sangat ’tradisional’ dan relic ketimbang misalanya sitcom atau-pun
opera di tv yang berasal dari akar budaya lain( western dan Amerika).<br />Sebagai diskursus identitas Ketika elemen dari seni tradisional direduksi
menjadi sebuah fragmentasi yang lepas dari narasi budaya yang berisi
identitasnya. Pada saat itu juga seni tradisional telah menjadi kosong tanpa
pesan apapun. Di garis yang paling jauh mungkin kita menemukannya dalam
potongan-potongan konstruksi budaya pop yang bertujuan bukan sebagai pewarisan
nilai-nilai luhur tetapi sebagai komoditas tontonan dan hiburan semata dan
tujuan seni bukanlah untuk itu pada dasarnya seni adalah kegiatan luhur yang
bergerak untuk perubahan. Namun dalam masyarakat tontonan dan masyarakat
konsumsi seperti di utara’kan Guy Debord dan Baudrillard maka elemen ideal seni
termasuk seni tradisional telah direduksi menjadi simbol yang ditonton atau
dengan tujuan hanya enak ditonton secara dominan sebagai hiburan, hanya mengisi
hasrat tontonan meski tidak tahu itu simbol bertujuan atau bermakna apa hanya
memenuhi hasrat rendah hiburan dan ekstasi dari manusia itu sendiri. Tanpa
makna dan begitu saja. Sehingga identitas menjadi tak terbaca dan tak terlihat
bahkan lebih parah lagi identitas dalam symbol-simbol itu dicabut dan
dikeluarkan identitias lain yang bahkan tidak berakar pada manusia dan
budaya-nya sendiri. Hanya identitas pengikut. Boleh dikata dalam terminology marx
identitas buruh.<br /><b>Intertekstualitas dan Seni Tradisional</b><br />Budaya tidaklah dihasilkan dari sumber tunggal tetapi budaya adalah sebuah
bangunan konstruksi teks-teks yang dibuat manusia sebelumnya. Menurut Bakhtin
inilah yang disebut heteroglosia, sebuah ujaran yang dibangun oleh ujaran lain
dari masa lalu dan digunakan untuk bicara tentan sesuatu.<br />Seni tradisional sebagai bentuk seni asli komunitas yang lahir dari
kesejatarahan dan kehidupan sehari-hari semata-mata dibentuk oleh kekuatan
intertekstual masa lalu yang selalu di jadikan sebagai sebuah ukuran estetis
kultural. Dan ini meghasilkan sebuah materi-materi yang tersusun atas narasi
tradisi yang lahir dan berkembang dan dilestarikan oleh suatu bangsa dan
komunitas dalam kurun waktu yang cukup lama.<br />Seni tradisonal dalam era modern hadir bukan sebagai fungsi dan makan awal nya
diam selalu. Semua direduksi menjadi tontonan. Semua di ekstrasikan kedalam
materi-materi yang, bentuk sebuah entitias baru. Sebuah pastiche atau parodi.
Sebuah sosok yang dilahirkan dalam ruang ruang fragmentasi dan terkadang banyak
diantaranya adalah sebuah tuturan ironis. Sehingga kita bertanya-tanya pakah
intertekstual yang alami ini akan menghilangkan nilai luhur didalamnya. Untuk
itu mungkin ungkapan foucalt ada benarnya bahwa sejarah bentuk makna dari
symbol. Re-definisi dan reduksi budaya tradisional esensinya adalah
mengilangkan makan bukan menghilangkan bentuk. Banyak diantara elemen
seni tradisional yang dikososongkan dari bentuk awalnya dan dikonstruksi
menjadi sosok baru yang sedikit banyak tidak kita kenai dan itu meng-aleniasi
kita dari identitas kultural kita secara alam dan mengatakan sebuah klaim
diskursif tentang seni modern itu sendiri.<br />Langkah-langkah di antara jejak-jejak budaya<br />Seni tradisi mungkin adalah warisan budaya namun dalam relitasnya seni itu
hanya jadi jejak budaya dan pertanyaan-nya jejak-jejak ini bagaimana harus
dimaknai. Dan kemudian bagaimana mengakses jejak etika itu kebelakang dan
menggali informasi darinya untuk sebuah konstruksi kehidupan kedepan.
Sepertinya itu yang harus dilakukan penggiat pengkaji seni tradisional.<br />Bukan hanya melihat semua hilang. Tetapi mengumpulkan jejak-jejak yang berserak
itu dan memperkecil resapan budaya dalam sejarah adalah usaha yang dibutuhkan.
Usaha terkait bebrapa hal pertama konservasi, dengan membuat sebuah perawatan
budaya dan busana ini dalam miniatur-miniatur atau klip-klip yang kemudian
tidak menjelaskan secara utuh catatan-cataan tentang seni tersebut kedua
pengkajian ini adalah usaha mepertemukan generasi yang akan datang dan masa
lalu dalam kode-kode ilmiah yang dikonstruksi ulang dengan pekmakan’an yang
mungkin berubah. Setidakanya bisa menjelaskan noktah-noktah relitas sebelum
terdekonstruksi seluruhnya.<br />Men’sesuaikan sebagai pelaku utama seni tradisional ini adalah elemen penting
apakah kemudian in bisa di-utilisasi dengan tepat atau ini hanya sekedar
tontonan. Namun apapun itu seni tradisioanl adalah sebuah simbol identitas dan
eksitensi suatu bangsa atau komunitas. Sehingga sebaiknya kalau memang tidak
dimaknai sesuai peruntukanya paling tidak tertinggal sebuah jejak untuk
langkah-langkah selanjutnya. Maka terus membuat, berbuat sehingga masyarakat
menjadi konsumtif terhadap budaya lokal serta menjadi identitas yang selalu
melekat pada kehidupannya, cap yang membanggakan bagi bangsa besar ”Indonesia
Raya”. Usung identitas Budaya kita. Gagas. <span style="line-height: 115%;">***</span><br /><span style="line-height: 115%;">(Ini merupakan hasil diskusi "Menggagas (Seni) Tradisi di Era Masyarakat
Modern" dengan pembicara Eko Nugroho, Sos. M.Si (Peneliti Budaya dan
Komunikasi) dan Ananta O’Edan (Perupa &amp; Pengamat Seni Tradisi)</span><span style="line-height: 115%;"> pada hari </span><span style="line-height: 115%;">Sabtu,
16 Februari 2013 di JOGLO AESTHETIC’S, Jakarta Barat</span><span style="line-height: 115%;">).</span></span></div>
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; font-size: x-small;"><span style="line-height: 115%;"> </span><em><span style="line-height: 115%;"> </span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><em><span style="line-height: 115%;">*) Peneliti Budaya dan Komunikasi</span></em> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Source : http://www.indonesiaartnews.or.id/newsdetil.php?id=371</span></div>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-19523343600463256492013-04-08T22:39:00.002-07:002018-01-06T00:41:09.697-08:00BELAJAR DARI TADULAKO KAILI<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEArpMd9baLQEr7GqcZL6hUUHVGKS8aEoUnnmGKXAmB0W1kF5JsWQI7wD6_rhJ6RMJ6rxRnHABRWcFouFq9gGWM5q4Z70Y3pwTTn0kwsbDM58rujlwP3d8_vZV6o-efpD3Sbi6_XPNM_4/s1600/P1011813.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1041" data-original-width="1600" height="207" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEArpMd9baLQEr7GqcZL6hUUHVGKS8aEoUnnmGKXAmB0W1kF5JsWQI7wD6_rhJ6RMJ6rxRnHABRWcFouFq9gGWM5q4Z70Y3pwTTn0kwsbDM58rujlwP3d8_vZV6o-efpD3Sbi6_XPNM_4/s320/P1011813.JPG" width="320" /></a></div>
<i style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></span></i>
<i style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Naratamo Tadulako, Tadulakota</span></span></i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">(telah datang seorang pemimpin, pemimpin
kita)</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Heiheee
manggeni rara, mosintomu mosisani tona dea, kana mosarara, mosasampesuvu</span></span></i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">(membawa pesan, untuk saling bertemu dan
saling mengenal satu sama lain dengan orang banyak, tetap dengan satu hati dan
menjadi satu keluarga).</span></span></div>
</div>
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><br />
<div style="text-align: center;">
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Syair di atas adalah syair
tentang kepemimpinan yang terus ditradisikan oleh Komunitas Seni Tadulako Sulawesi
Tengah. Syair itu biasa mereka nyanyikan dalam berbagai peristiwa, seperti
dalam pentas-pentas budaya atau festival seni, baik lokal, nasional, maupun
internasional. Dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang di Sulawesi Tengah juga
sering melantunkan nyanntian sembari duduk-duduk santai di rumah atau sawah, saat ritual
adat, atau saat bersama keluarga, teman, dan tetangga. Syair ini merupakan
ekspresi kerinduan mereka terhadap sosok pemimpin (</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Tadulako</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">) yang adil, mengayomi, melindungi, dan memberi
kesejahteraan. Sosok pemimpin yang pernah mereka dengar dari cerita-cerita
leluhur di masa lampau.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </span></div>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Dalam pertunjukannya, syair
kepemimpinan di atas dilantunkan dengan diiringi </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">kacapi</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> dan </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">lalove</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
(seruling panjang Kaili) yang dimainkan oleh </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">topo lalove </i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">dan</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> topo kacapi</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
dengan merdu dan menyayat. Tak pelak, bagi mereka yang memahami artinya dan
menyukai musik tradisi, suasana sakral dan spiritual akan terasa. Pada beberapa
festival budaya, baik lokal, nasional, maupun internasional, alat musik seperti
</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">gimba</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (gendang), </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">lalove</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (seruling panjang Kaili) atau </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">kacapi</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> juga ikut mengiringi. Iramanyapun beragam, dari semula pelan
hingga berakhir dengan rancak. Semua ini memiliki simbol tersendiri sehubungan
dengan pola kepemimpinan yang ingin disuarakan dari sosok </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Tadulako</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">.</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Menurut cerita rakyat Kaili,
dahulu syair-syair kepemimpinan ini dilantunkan dengan vokal <i>rego</i>, sebuah seni tradisi yang
disuarakan dari atas dataran tinggi menuju lembah hingga ke pesisir Sulawesi Tengah,
sambil diselingi teriakan-teriakan yang khas. Teriakan itu bertujuan untuk
memanggil saudara-saudara mereka untuk berkumpul, bernyanyi dan menari bersama,
salah satunya untuk mengagungkan pemimpin mereka. </span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">K</span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">etika bangsa ini masih
mengalami krisis kepemimpinan, maka tidak ada salahnya jika kita belajar dari kepemimpinan
tradisional Kaili, <i>Tadulako</i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tadulako
<i>to</i> Kaili</span></b><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"> </span></span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Kaili
adalah suku terbesar di Sulawesi Tengah. Untuk menyebut komunitasnya, penduduk
Kaili menambahkan kata </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">to</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> di
depannya, sehingga menjadi </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">to</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Kaili. </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">to</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> artinya orang dan </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Kaili</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> artinya terus mengalir. Menurut
cerita orang-orangtua Kaili, kata </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Kaili</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
mirip dengan salah satu istilah mereka, </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">noili,</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
yang artinya mengalir, berkesplorasi atau menjelajah. Secara antropologis,
Kaili adalah suku penakluk gunung, lembah, dan pesisir. </span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Dalam
sejarah</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Sulawesi Tengah</span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">, Kaili adalah sekelompok orang yang turun (mengalir) dari
dataran tinggi (gunung-gunung) Sulawesi Tengah ke lembah-lembah hingga pesisir,
dan membentuk komunitas yang semakin besar. Peristiwa ini bermula ketika zaman
es mencair (<i>gletser</i>) dan menerjang
puncak-puncak gunung di Sulawesi Tengah. Penduduk di gunung mengalir (<i>noili</i>) dan bersaudara (<i>nosikai</i>) hingga tersebar di tujuh (<i>pitunggota</i>) wilayah. Mereka semua
menggunakan bahasa Kaili dengan dialek <i>ledo
</i>(tidak). Konon, makna <i>tidak</i> ini
berpengaruh terhadap sifat orang Kaili yang tidak mau berkompromi terhadap
ketidakdilan. Bahkan, sesama mereka pun sulit mencapai kata sepakat. Namun
dalam hal kepemimpinan, semangat <i>ledo</i>
ini berpengaruh pada ketegasan dan konsistensi sikap orang Kaili.</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Menurut cerita yang lain,
Kaili adalah nama pohon yang ditemukan di puncak gunung Sulawesi Tengah. Ketika
puncak gunung itu mencair, pohon tersebut tidak ikut terseret air. Oleh </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">to</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Kaili, pohon ini dijadikan simbol
pemimpin yang teguh, kuat, tegas, dan tidak goyah oleh rintangan. Filosofi ini terus
menguat dalam perjalanan hidup orang Kaili dan dalam upaya mereka memilih </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Tadulako</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (pemimpin).</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Dalam
bahasa Kaili, <i>Tadulako</i> berarti
pemimpin. Secara gramatikal Kaili, <i>tadu</i>
artinya tumit. <i>Lako</i> artinya pelaku
atau langkah. <i>Tadulako</i> dapat dimaknai
sebagai langkah kaki pemimpin. Karena itu, masyarakat harus mengikuti setiap
langkah dan aturan yang ditentukan oleh pemimpin mereka.</span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Konsepsi
pemimpin Kaili ini tidak lepas dari sejarah kehidupan yang dialami <i>to</i> Kaili. Menurut sejarahnya, <i>to</i> Kaili
telah mengalami tiga periode pada awal kehidupan mereka, yaitu periode <i>to Malanggai</i> (periode kehidupan yang
dipimpin oleh laki-laki yang kuat dan berani), <i>to Manuru</i> (periode kehidupan yang dipengaruhi oleh ruh-ruh leluhur),
dan <i>Tadulako</i> (periode kehidupan di
bawah kepemimpinan raja-raja). Dalam perkembangannya, ketiga periode ini
menginspirasi mereka dalam mengimajinasikan sosok pemimpin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b><i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kota
Pitunggota</span></i></b></span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Sistem
kepemimpinan wilayah </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">to</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Kaili kuno dikenal
dengan istilah </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">pitunggota</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">ngata</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (tujuh struktur kelembagaan).
Sistem ini untuk mengatur tujuh kota atau wilayah tempat tingga </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">to</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Kaili. Sistem ini merupakan cikal
bakal pemerintahan adat dan dikenal sebagai Kaili besar yang tersebar di
beberapa wilayah keadatan, yaitu </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">galara
ri pujananti</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Banawa/Ganti), </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">p</i><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">abisara ri pulu tantanga</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Pulu), </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">m</i><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">agau ri baloni</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Sigi), </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">b</i><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">aligau ri lando</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Dolo), </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">jogugu ri</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Parigi), </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">kapita ri besoa</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Lore), dan </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">ponggava
ri pinembani</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> (Dombu).</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Sistem </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">pitunggota
ngata Kaili</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> ini merupakan sebuah sistem pembagian kewenangan dalam menata
kelola, mengorganisasikan dan melayani masyarakat. Dalam implikasinya, ketujuh
negeri (</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">kota pitunggota</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">) tersebut
memiliki fungsi dan peranan tertentu yang saling memperkuat dan saling mengisi
antara satu sama lain. Tujuh negeri (</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">kota
pitunggota</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">) tersebut dalam menjalankan fungsi pemerintahan adatnya masing–masing
memiliki semacam legitimasi kekuasaan berupa payung dan penyangga</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">atau</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">bantal dudukan</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">,</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
atau dalam bahasa Kailinya disebut </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">payu nte luna pelanti.</i><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Distribusi
wilayah di atas dilaksanakan berdasar sub-dialek bahasa Kaili, yaitu </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">payu</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">pujananti</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
untuk sub dialek </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">unde, pu’u dan undepu’u.
Payu</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">pemantoa</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> untuk sub dialek </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">doi</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">, </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">payu</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">parampata</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> untuk sub dialek </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">rai, payu</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">tantanga–pulu</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> untuk sub dialek </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">tado,
payu Sidiru– Sibalaya</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> untuk sub dialek </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">ado
dan edo, luna pelanti ri Tana Mbulava</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> mencakup empat sub dialek Kaili,
yaitu </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">ija, ledo, tara dan tiara</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">, di
mana pada keempat sub dialek tersebut berkedudukan empat kewenangan
pemerintahan adat, yaitu </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Magau, Baligau,
Jogugu dan Kapita.</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Terakhir </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">payu pinembani–dombu</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
untuk sub dialek </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Da’a, Inde dan Ende.</i><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Meskipun berada di bawah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sampai saat ini sistem kepemimpinan tradisional
Kaili masih tetap ada, di bawah Badan Musyawarah Adat (BMA), baik tingkat provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa atau kelurahan</span><b style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"><i>.</i></b><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Semangat
kepemimpinan masih terus digemakan, khususnya ketika digelar upacara adat dan
pembacaan syair-syair Kaili. Pola kepemimpinan ini masih dijaga dan dapat hidup
berdampingan dengan kondisi masyarakat Sulawesi Tengah yang majemuk.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br />
<b style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Mata,
Telinga, dan Mulut</span></b><br />
<span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Seorang <i>Tadulako</i>
harus dapat menjaga mata, telinga, dan mulutnya. Hal ini termaktub dalam
ungkapan Kaili, <i>pakanoto mata mangantoaka </i></span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">(membaca
keadaan dengan penglihatan mata kepala, mana yang baik dan tidak untuk
perbaikan kehidupan masyarakat), <i>pankanasa
talinga mongepe </i>(segala sesuatu yang didengar oleh telinga, harus
dicermati dengan jelas secara nyata agar tidak menimbulkan fitnah dan menimbulkan
konflik), dan <i>pakabelo sumba mojarita </i>(jangan berkata yang dapat
menyinggung perasaan orang lain, menghina, menghujat, dan memfitnah).</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Ketika banyak politikus lebih mementingkan
citra, dana kampanye, dukungan partai, dan tim kampanye meskipun cepat hilang
dan tidak dihargai orang, syarat </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Tadulako</i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
yang menjaga mampu menjaga mata, telinga, dan mulut ini sangat menarik. Karena,
sekilas syarat ini sangat mudah untuk dilakukan, namun secara maknawi sebenarnya
sulit dipenuhi. Mudah, karena seseorang hanya butuh menutup mulutnya jika ia
melihat dan mendengar sesuatu yang buruk. wajar jika banyak kasus korupsi dan
sulit diungkap di negeri ini. Sulit karena hal itu justru menjadi beban jika
yang dilihat, dengar, dan katakan tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Penetapan
mata, telinga, dan mulut adalah sesuatu yang vital, karena itu melekat langsung
pada pemimpin. Pemimpin akan dihargai dan dihormati dengan sendirinya jika
dapat menjaga ketiganya.</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Setelah </span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">67
tahun </span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Indonesia merdeka, rakyat masih mengalami ketidakadilan yang
nyata, baik secara politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan. Mereka yang memimpin
tampak masih memakai baju kekuasaan yang mementingkan pribadi, golongan, atau
partai mereka. Ketidakadilan terlihat nyata dalam konflik tanah, jalanan yang
rusak, ketimpangan yang jauh antara yang miskin dan kaya, atau sarana
pendidikan yang buruk. Beragam kritik sudah disampaikan. Rakyat tak
henti-hentinya memprotes.</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Tak sedikit pula
yang nekat melawan dengan fisik.</span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Namun, ketidakdilan itu tampak
semakin nyata.</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> Rakyat selalu kalah dan
dikalahkan.</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> <span lang="IN">Sudah bebalkah pemimpin kita? Dalam
konteks ini, maka </span></span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">syarat-syarat </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tadulako</span></i><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">
di atas masih aktual untuk dihayati</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> dan
diupayakan</span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">Kebudayaan pemimpin Kaili penting untuk
dipelajari. Pola adat <i>pitunggota</i>
mungkin dapat dijadikan cermin bagaimana dahulu leluhur Kaili mengorganisir
wilayah yang luas dan penduduknya yang tersebar. Syair kepemimpinan yang
dilantunkan dari dataran tinggi, lembah, hingga ke pesisir menjadi simbol bahwa
sosok <i>Tadulako</i> memiliki kepekaan dan
mau turun ke bawah menemui dan menanyakan kesulitan rakyatnya. <i>Tadulako</i> juga mengayomi rakyatnya yang
majemuk dengan disimbolkan oleh beragam alunan musik. <i>Tadulako</i> juga pemimpin yang tegas, keras, </span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">serius, </span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">dan kuat pendirian dengan disimbolkan
oleh teriakan-teriakan</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"> para <i>topo</i> (pemain) dan </span><span lang="IN" style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;">suara
<i>gimba</i> yang rancak, keras dan
menghentak. Namun demikian, <i>Tadulako</i> haruslah
tetap rendah hati yang disimbolkan oleh suara <i>lalove</i> yang lembut. </span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.5in;"></span></div>
<br />
Oleh Yusuf.<br />
Sebuah Apresiasi Karya.<br />
Penulis Adalah Pemerhati Seni Budaya Sulawesi Tengah Tinggal di Yogyakarta.alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-3521676384459038862013-02-20T04:41:00.000-08:002018-01-06T00:42:31.216-08:00Vokal Dialek Ledo<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSPM8l4igzgzqM1_WY7TmCJHCuf7P6CpYkPhR7quDUPdABnqFnuczhXd6bMMA_dfqMW31EkoKM3Wsw0UELUt_178ns4mPDkDkG1cGkGMe3SWFrWudlQW_MmN-kdoQt1Dhyphenhyphend8wxWu3DGjA/s1600/1326307915_Kelornesia_Revernation_copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="186" data-original-width="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSPM8l4igzgzqM1_WY7TmCJHCuf7P6CpYkPhR7quDUPdABnqFnuczhXd6bMMA_dfqMW31EkoKM3Wsw0UELUt_178ns4mPDkDkG1cGkGMe3SWFrWudlQW_MmN-kdoQt1Dhyphenhyphend8wxWu3DGjA/s1600/1326307915_Kelornesia_Revernation_copy.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bunyi
vocal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah
arus ujar keluar dari glottis tidak mendapat hambatan alat ucap melainkan hanya
diganggu oleh posisi lidah ( Chaer, 2009:38). Dalam pembentukan bunyi vocarial
ada tiga parameter yang digunakan dalam pemerian vocal dialek Ledo yakni (1)
tinggi rendahnya posisi lidah, (2) maju mundurnya lidah, (3) bentuk mulut.
Berdasarkan ketiga parameter tersebut, vocal dialek Ledo dapat diklasifikasikan
sebagai berikut;</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tinggi
rendahnya posisi lidah</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan posisi lidah, bunyi – bunyi
vocal dapat dibedakan atas :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
tinggi<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: [i] dan [u]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
sedang<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: [o] dan [e]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
rendah<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: [a]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maju
mundurnya lidah</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasakan maju mundurnya lidah, bunyi
vokal dapat dibedakan atas :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
depa<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
[i] dan [e]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
tengah<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
[a]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo3; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
belakang<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: [o] dan [u]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bentuk
mulut</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi
vokal itu diproduksi dapat dibedakan :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
bundar<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: [o] dan [u]</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Vokal
tak bundar<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: [a], [i] dan [e]<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto;">
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">Bagan I</span></b>
</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">Vokal Bahasa Kaili Ledo</span></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; height: 203px; margin-left: 4.65pt; width: 610px;">
<tbody>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #95B3D7; border-bottom: solid black 1.0pt; border: solid windowtext 1.0pt; height: 15.15pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.1pt;" width="283"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Posisi Lidah</span></b></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #DDD9C3; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 15.15pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 84.55pt;" width="113"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Depan</span></b></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #DDD9C3; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 15.15pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.95pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tengah</span></b></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #DDD9C3; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 15.15pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 77.5pt;" width="103"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">belakang</span></b></div>
</td>
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #FDE9D9; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: solid windowtext 1.0pt; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.1pt;" valign="bottom" width="283"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tinggi</span></b></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #B8CCE4; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 84.55pt;" width="113"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">i</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.95pt;" valign="bottom" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
</div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #E6B9B8; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 77.5pt;" width="103"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">u</span></div>
</td>
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 4;">
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #FDE9D9; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: solid windowtext 1.0pt; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.1pt;" valign="bottom" width="283"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">sedang</span></b></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #CCC0DA; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 84.55pt;" width="113"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">e</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #C2D69A; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.95pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">e</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #FAC090; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 77.5pt;" width="103"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">o</span></div>
</td>
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 5;">
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 6;">
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #FDE9D9; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: solid windowtext 1.0pt; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.1pt;" valign="bottom" width="283"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Bawah</span></b></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 84.55pt;" valign="bottom" width="113"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
</div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #A5A5A5; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.95pt;" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">a</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 77.5pt;" valign="bottom" width="103"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
</div>
</td>
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 7;">
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 8;">
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: solid windowtext 1.0pt; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 212.1pt;" valign="bottom" width="283"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
</div>
</td>
<td nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #93CDDD; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 84.55pt;" width="113"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tak Bundar</span></div>
</td>
<td colspan="2" nowrap="nowrap" rowspan="2" style="background: #93CDDD; border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 15.15pt; mso-border-bottom-alt: black; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: windowtext; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: windowtext; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 169.45pt;" width="226"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Bundar</span></div>
</td>
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
<tr style="height: 15.15pt; mso-yfti-irow: 9; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td height="20" style="border: none; height: 15.15pt;" width="0"><br /></td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Berikut ini transkrip vokal pada bahasa kali dialek Ledo</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42.55pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">[a]<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span>[abala]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘kecelakaan’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[ada]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘adat’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 3;"> </span>[aga]<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 2;"> </span>‘Cuma’<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[avo]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘bambu’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[apu]<span style="mso-tab-count: 2;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>‘api’</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;">
</span>[i]</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 3;"> </span>[ibo]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘monyet’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[inda]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘hutang’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[ina]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘nenek’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[ibo]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘monyet’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[ini]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘keringat</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">[u]</b> <span style="mso-tab-count: 3;"> </span>[uve]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘air’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[uta]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘sayur’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[uli]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘bilang’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[uda]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘hujan’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span><span style="mso-tab-count: 2;"> </span>[ule]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘ular’</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">[e]</b><span style="mso-tab-count: 3;"> </span>[eka]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘ketakutan’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[eva]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘seperti’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[esi]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘es’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[eya]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘keadaan malu’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[embere]<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>‘ember’</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>[o]</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 3;"> </span>[oka]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘buka’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[obe]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘obeng’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[onge]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘hidung’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[ome]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘telan’</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 4;"> </span>[otu]<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>‘buang angin/kentut’</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kesimpulan
</span></b></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari analisis vokal bahasa suku
kaili dialek <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ledo</i> dapat disimpukan
bahwa pada system fonem bahasa kaili dialek <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ledo
</i>terdiri atas 5 buah fonem vokal : [a], [i], [u], [e] dan [o]. sedangkan
vokal [e] tidak terdapat pada bahasa kaili dialek <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ledo</i>. Bahasa Kaili dialek Ledo bersifat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">vokalik </b>artinya bahwa setiap katanya berakhir dengan fonem vokal.
Misalnya; <i style="mso-bidi-font-style: normal;">handu </i>‘handuk’ , <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bagia</i> ‘bagian’, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">seme </i>‘semen’.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sumber : <a href="http://fonologibahasakaililedo.blogspot.com/" target="_blank">http://fonologibahasakaililedo.blogspot.com/</a> </span>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-25709521614564282422013-02-20T04:24:00.000-08:002018-01-06T15:22:49.245-08:00SAJAK TANAH AKHIR<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBAIJl5DNVsYa8E7hrRaVjCKCGFl7hhl-Er2KAM7Zx6s1Ug96H6ieOo8_OG0uKe5SCa3kpKIJ2PdlLm4grfMkiixAiVIRXhiREqI92uJ8TZ0bGAWVrAkadRxJDJenELKM6hIV5GGdvhPI/s1600/IMG_1609.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="496" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBAIJl5DNVsYa8E7hrRaVjCKCGFl7hhl-Er2KAM7Zx6s1Ug96H6ieOo8_OG0uKe5SCa3kpKIJ2PdlLm4grfMkiixAiVIRXhiREqI92uJ8TZ0bGAWVrAkadRxJDJenELKM6hIV5GGdvhPI/s1600/IMG_1609.JPG" width="640" /></a></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">MERAH,. ABU,. HIJAU,. ABU ,.KUNING.. ABU,. </span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br /></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">COKELAT
,..ABU,. PUTIH ABU,. HITAM ,..ABU,.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">DI TANAH PIJAKAN INI TAK ADA YANG ASING ATAUPUN
TERTINGGAL,</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">HANYA ADA YANG DI ASINGKAN DAN DI TINGGALKAN,.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"></span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">PERHATIKAN DAN CAMKANLAH </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<span style="font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">TERDORONG RASA SENANG PARA BUDAK-BUDAK MERDEKA TELAH DATANG
DENGAN MEMBAWA HASIL DARI TANAH DI 82 PUNCAK GUNUNG,.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">TANPA MENUNGGU MATAHARI LAGI KESEMUANYA MEREKA SAJIKAN,. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">BERSAMA SENANDUNG MANTRA, DOA, DAN PUJIAN ,.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><br /></span></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">ANAK ANAK DI SEKITARNYA MELIHAT MENCOBA </span><span style="line-height: 150%;">MENGENAL
SEBATANG POHON DARI BUAH – BUAHNYA</span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">,..</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">SSSSSTTTTT,..HAI ANAK ANAK SEKALIAN..AKU HANYA
MEMBERITAHU KALAU MEREKA SEDANG BERKUMPUL UNTUK MENUNJUKAN KESUNGGUHAN BELA
SUNGKAWA ATAS TANAH AKHIR,. DAN KALIAN
ADALAH SAKSI DARI RASA KESEDIHAN YANG MENDALAM,.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><span style="font-size: small;">KESEDIHAN YANG MENDALAM , . . ATAS TANAH AKHIR, . .</span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE71flSPp9OZSfdaQaZW4t89tv17x2tmQ0MVxGR69DdfZwtQ1KOZGmL2DC4wbVV8DDHyjFGR8GKhVlRbWh3SXSOuH0uw4CqJQb8NdepYLSVVlUeQaIoUCySdwPZyjvbtgenErE8jkZZE8/s1600/IMG_1594.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE71flSPp9OZSfdaQaZW4t89tv17x2tmQ0MVxGR69DdfZwtQ1KOZGmL2DC4wbVV8DDHyjFGR8GKhVlRbWh3SXSOuH0uw4CqJQb8NdepYLSVVlUeQaIoUCySdwPZyjvbtgenErE8jkZZE8/s1600/IMG_1594.JPG" width="552" /></a><br />
<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUKp7SbzyUmNQt9EDPCkI8iW5LXZ7AFLgpA3WMYFBBLNiw3DyrZgHojnXPV0DSumUpIk_WCDjlEwM3wGeBpo-xjXBznnTwY4RawNRumpa1QCbjrZkaWE-w7iyrP5zT0c7cr1lbFquygCI/s1600/IMG_1587.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="466" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUKp7SbzyUmNQt9EDPCkI8iW5LXZ7AFLgpA3WMYFBBLNiw3DyrZgHojnXPV0DSumUpIk_WCDjlEwM3wGeBpo-xjXBznnTwY4RawNRumpa1QCbjrZkaWE-w7iyrP5zT0c7cr1lbFquygCI/s1600/IMG_1587.JPG" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"></span></div>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-65565015071160048962013-02-20T04:05:00.000-08:002018-01-06T00:23:49.160-08:00MOPOPOADAT<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> Saya Jelaskan pake Gambar Saja lee,..</span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6078_thumb.jpg?w=482&h=323" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6078_thumb.jpg?w=482&h=323"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">LokasI Upacara Adat</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6140_thumb.jpg?w=488&h=327" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6140_thumb.jpg?w=488&h=327"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seksi Konsumsi</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6156_thumb.jpg?w=494&h=331" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6156_thumb.jpg?w=494&h=331"> </a></td><td style="text-align: center;"></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">" Kayori " di dahului oleh para Orang tua</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6222.jpg" height="426" width="640"></a></div>
<br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Dan</span> <span class="hps">kemudian semua</span> <span class="hps">peserta</span> <span class="hps">bergabung dalam</span> <span class="hps">kayori</span>, <span class="hps">dalam lingkaran</span> <span class="hps">dengan</span> <span class="hps">tangan mereka</span> <span class="hps">di atas bahu</span> <span class="hps">orang di depan</span>. <span class="hps">89</span> <span class="hps">jumlah</span> <span class="hps">peserta</span>, <span class="hps">dan beberapa ratus</span> <span class="hps">penonton</span>! <span class="hps">Sebagian besar peserta</span> <span class="hps">adalah anak-anak</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps atn">"</span>diprakarsai" <span class="hps">ke dalam</span> <span class="hps">budaya lokal</span>, <span class="hps">namun</span> <span class="hps">acara ini</span> <span class="hps">terbuka bagi</span> <span class="hps">siapa saja yang</span> <span class="hps">belum pernah</span> <span class="hps">melalui itu</span> <span class="hps">sebelumnya</span>. <span class="hps">Peserta</span> <span class="hps">tertua</span> <span class="hps">adalah sekitar</span> <span class="hps">45</span> Tahun.</span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6239_thumb.jpg?w=506&h=339" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6239_thumb.jpg?w=506&h=339" height="267" width="400"></a></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6213_thumb.jpg?w=509&h=341" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6213_thumb.jpg?w=509&h=341" height="267" width="400"></a></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Dan</span> melakukan kayori <span class="hps">sampai fajar</span>. <span class="hps atn">(beberapa dari </span><span class="hps">mereka</span> <span class="hps">mengambil</span> waktu untuk untuk <span class="hps">istirahat</span>, <span class="hps">beberapa</span> <span class="hps">tidak diperbolehkan</span> <span class="hps">untuk tidur</span>)</span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6281_thumb.jpg?w=528&h=353" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6281_thumb.jpg?w=528&h=353" height="266" width="400"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">alat musik digunakan dalam prosesi upacara</td></tr>
</tbody></table>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"> </span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6334_thumb.jpg?w=330&h=493" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6334_thumb.jpg?w=330&h=493" height="400" width="267"></a></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Meninggalkan</span> <span class="hps">rumah untuk</span> pergi<span class="hps"> ke</span> <span class="hps">sungai</span>. <span class="hps">Mereka</span> <span class="hps">melangkah</span> <span class="hps">dengan kaki kanan</span> <span class="hps">mereka pada</span> <span class="hps">kepala kapak</span><span class="atn">-</span><span class="">dan kemudian</span> <span class="hps">menginjak</span> <span class="hps">dua</span> <span class="hps">daun</span><span class="">.</span> <span class="hps">Banyak</span> <span class="hps">simbolisme</span> <span class="hps">di sini</span>.</span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6348_thumb.jpg?w=500&h=335" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6348_thumb.jpg?w=500&h=335" height="428" width="640"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perjalanan Menuju Sungai</td></tr>
</tbody></table>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6416_thumb.jpg?w=503&h=337" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6416_thumb.jpg?w=503&h=337" height="428" width="640"></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Telah sampai Di sungai Semuanya Bersiap Siap</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6471_thumb.jpg?w=508&h=340" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://mengers.files.wordpress.com/2012/07/img_6471_thumb.jpg?w=508&h=340" height="428" width="640"></a></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Ini dia Video nya : </span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/uQ32O1LBGW8?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<object class="BLOGGER-youtube-video" classid="clsid:D27CDB6E-AE6D-11cf-96B8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0" data-thumbnail-src="https://ytimg.googleusercontent.com/vi/_PuA2LyEq28/0.jpg" height="266" width="320"><param name="movie" value="https://www.youtube.com/v/_PuA2LyEq28&fs=1&source=uds" /><param name="bgcolor" value="#FFFFFF" /><param name="allowFullScreen" value="true" /><embed width="320" height="266" src="https://www.youtube.com/v/_PuA2LyEq28&fs=1&source=uds" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true"></embed></object></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/ozbP66Jc9Jo?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Sekian Dulu Tarima Kasih Le,.</span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Sumber : <a href="http://mengers.wordpress.com/2012/08/18/mopopoadatat-the-river/" target="_blank">http://mengers.wordpress.com/2012/08/18/mopopoadatat-the-river/</a></span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-68549447685503908512013-02-20T02:44:00.001-08:002018-01-06T00:43:48.401-08:00Kecapi<b><span class="hps">Kecapi</span></b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcKA8H4TJv2nbX4kv-3fdVLAPNjcjgiNLeLGs3AXh81ivBBvxOyQT3DdKRE3FCMCnkSVs1mRYoA_7GrU9oYWh_PVstWpeiFS4GQc9sS79T2V8baD66nrOMktuNYLwBdumPo7CTLxT6Xuw/s1600/dscn0239_thumb.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="378" data-original-width="503" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcKA8H4TJv2nbX4kv-3fdVLAPNjcjgiNLeLGs3AXh81ivBBvxOyQT3DdKRE3FCMCnkSVs1mRYoA_7GrU9oYWh_PVstWpeiFS4GQc9sS79T2V8baD66nrOMktuNYLwBdumPo7CTLxT6Xuw/s320/dscn0239_thumb.jpg" width="320" /></a></div>
<b><span class="hps"><br /></span></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><br /><span class="hps">B</span><span class="hps">eberapa dari</span> <span class="hps">Anda mungkin sudah tahu sebuah </span><span class="hps">alat</span> <span class="hps">yang disebut</span> <span class="hps">kecapi</span>, akan tetapi alat ini<span class="hps"> adalah</span> <span class="hps">alat musik</span> <span class="hps">terkenal</span> <span class="hps">tapi tak semua orang</span> <span class="hps">tampaknya</span> <span class="hps">dapat memainkannya dengan baik,kecuali orang tertentu, :)</span></span><br />
<br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> Untuk Sampel Audiaonya Dapat Di dengar Di :</span></span><br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><a href="https://soundcloud.com/mattmenger/kecapi-sample-27-6-2012" target="_blank">https://soundcloud.com/mattmenger/kecapi-sample-27-6-2012</a></span></span><br />
<br />
bersumber dari : <a href="http://mengers.wordpress.com/2012/07/02/kecapi/" target="_blank">http://mengers.wordpress.com/2012/07/02/kecapi/</a><br />
<br />
<span class="long_text" id="result_box" lang="id"><b><span class="hps"></span></b></span><br />alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-8779385377478984382013-02-20T02:10:00.002-08:002013-02-20T02:10:41.028-08:00Kaili's jaws harp<div id="watch-uploader-info">
<strong>Dipublikasikan pada <span class="watch-video-date" id="eow-date"> 4 Feb 2013</span>
</strong>
</div>
Kayori (Kaili's jaws harp)<br />
&<br />Kecaping (Kaili's lute with 2 strings)<br />
<br />
Sumber : <a href="http://www.youtube.com/user/asepnata?feature=watch" target="_blank">http://www.youtube.com/user/asepnata?feature=watch</a> <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/fEbssHPZjAA?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-15510304914769230422012-12-28T00:56:00.000-08:002018-01-06T15:13:00.661-08:00Silaturahmi Budaya Etnis dalam PIPAF 2012<div dir="ltr" style="text-align: left;">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">PALU</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">-Sejumlah
seniman dari berbagai daerah di Indonesia kembali melakukan silaturahmi budaya
dalam seni pertunjukan dengan event </span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Palu </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Indonesia
</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Performing Art</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">s</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Festival</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> (PIPAF) selama tiga hari (20-23/12). Keberagaman
materi dalam festival tersebut diakumulasikan dalam basis tari, teater dan musik
berakar tradisi dan kontemporer.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Para
wakil seniman dari Yogyakarta, Solo, Surabaya, Gorontalo, Makassar dan sejumlah
komunitas etnis yang ada di Kota Palu menampilkan karya-karyanya yang
menunjukkan kebergaman Indonesia dengan beragam latar etnis. Pertunjukan
difokuskan di halaman TVRI Sulteng dan acara workshop dan diskusi seni dilaksanakan
di Taman Budaya Sulteng.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: black;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK_g0DkonT12NtnMZ-Q9dopa2dPkvOXXLo3lROuJEkJ3JhdBrwl7mSTEGBZd1_5rDWht6dz1vBOzqeHRALph6THuZwjyLkjjXGWT2k3_lvOuyVtBOIS77yICwvYl1hagKTddVi6vpH20G2/s1600/Hapri+Ika+Poigi+%28Doc.+Hila%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: black;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtuVZpiOjzITxwimFI6cRVFHemN_5qIoRLTr9uNGgyy5-0QqL745dpJbJlE_svByYQjbSRXb88KINOtmdcOBmZwsADJxJPrcErIBbrNxV_QrfCGidYSk3TbOat97WFlsoapthAxb0zDTU/s1600/Pipaf+2012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="390" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtuVZpiOjzITxwimFI6cRVFHemN_5qIoRLTr9uNGgyy5-0QqL745dpJbJlE_svByYQjbSRXb88KINOtmdcOBmZwsADJxJPrcErIBbrNxV_QrfCGidYSk3TbOat97WFlsoapthAxb0zDTU/s1600/Pipaf+2012.jpg" width="400" /></a></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bahkan
lebih menarik lagi perwakilan seniman dari Spanyol dan Belanda turut hadir
memperesentasikan karya seninya sekaligus menyatu dalam kolaborasi seniman
Indonesia. Sehingga bukan saja terjadi silang budaya antaretnis di Indonesia,
tapi sebuah silaturahmi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>antarbangsa bisa
tercipta dalam panggung di Kota Palu. Event PIPAF tersebut digagas Yayasan
Tadulakota’ kerja sama <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Sulteng dan TVRI Sulteng.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“Adanya
event kami sangat merespon dan memberi dukungan dan Gubernur Sulteng<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sendiri menanggapi positif, walau
persiapannya begitu singkat tapi pemerintah sangat mendukung. Apalagi sifatnya
menghadirkan sejumlah perwakilan etnis dari berbagai budaya di Indonesia, dan
adanya seniman dari dua negara ini bias menjadi momentum untuk saling bertukar
informasi dan saling memberi masukan,” ungkap Siti Norma Mardjanu selaku Kadis
Kebudayaan dan Pariwisata Sulteng.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Karena
itu pula, Norma Mardjanu mengharapkan agar event ini bisa berlanjut masa akan
datang sehingga memperkaya keberadaan kegiatan festival yang ada di Sulteng.
Sebab ini sebagai strategis untuk menjadi bagian dari pembangunan kesenian
maupun pariwisata yang berbasis pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">local
etnic</i> dengan inovasi-inovasi baru maupun proses elaborasi dari berbagai
unsur seni dengan segala.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mempromosikan
melalui pertukaran seni budaya dalam merekatkan nilai-nilai solidaritas dan
kekerabatan antar seniman baik dalam skala nasional maupun internasional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sementara
itu Hapri Ika Poigi selaku Direktur Yayasan Tadulakota’ danpenggagas PIPAF
menyebutkan tujuan utama event ini sebagai media silaturahmi budaya antarbangsa
yang pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya
saling pengertian antarbudaya yang berbeda. “Terutama merangsang
pertumbuhan kreativitas yang berkesinambungan di tanah air untuk memperkuat
daya saing global di dunia industri kreatif seni dan budaya,” jelas Hapri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut dosen antropologi
FISIP UNTAD ini optimis kalau event ini menjadi pintu bagi proses
transkulturasi antarabudaya materil dan ekspresif yang ada di daerah ini dengan
budaya dan kultur dari daerah lain. Karena itu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diharapkan akan mampu menjadi media sharing pengetahuan,
pengalaman, informasi dibidang seni budaya yang bersifat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>global. Termasuk mampu menjadi ajang
pertukaran nilai-nilai ekonomis mulai dari skala kecil, menengah hingga skala
besar yang pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Gagasan
lama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebetulnya event PIPAF 2012
adalah gagasan lama dan ini merupakan lanjutan, karena </span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">tahun 1998 Yayasan Tadulakota’ bersama Kantor Wilayah Dep</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">rtemen Pariwisata dan Seni Budaya Provinsi Sulawesi
Tengah </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">pernah
</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">merancang program bersama </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">berupa lomba tari
kreasi </span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">’98. </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">P</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">ada tahun 1999</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">kemudian ditingkatkan menjadi </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Palu
Dance Festival 99.</span><span lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Pada event ini
paket kegiatan yang dipresentasikan tidak hanya paket Lomba Tari Kreasi namun
juga dipresentasikan paket kegiatan lainnya seperti Eksebisi Musik Tradisi, dan
Seni Pertunjukan Kontemporer. Paket kegiatan Lomba Tari Kreasi juga lebih
diperluas dalam cakupan basis ide garapan yang digarap dan dipresentasikan oleh
para Seniman dan Koreografer Tari. Basis ide yang dijadikan acuan tidak hanya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dero</i> tetapi semua kesenian dan budaya
tradisi yang berformat melingkar seperti <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Balia,
Rego, Vunja, Lulo</i> dll. </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dalam catatan Yayasan
Tadulakota’ menyebutkan hingga pada tahun 2001, Kota Palu kembali menjadi saksi
dari sebuah fenomena seni budaya yang bertajuk Palu Indonesia Dance Forum
(PID-F) 2001<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b>yang mempresentasikan beragam
seni pertunjukan dan senirupa, fotografi, instalasi dan berbagai kegiatan
dengan diikuti sekitar 350 seniman dari berbagai kota Indonesia dan
mancanegara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Namun dalam perkembangannya,
festival atau event yang digagas komunitas seni di Kota Palu mengalami
pasang-surut, kecuali agenda festival dominasi pemerintah tetap jalan. Di
antaranya Pekan Budaya Sulteng, Festival Teluk Palu, Festival Danau Lindu dan
Festival Danau Poso. Tetapi event yang sifatnya lebih berorientasi swadaya
seniman dengan keberagaman etnis/suku dari sejumlah daerah di Indonesia sangat
minim digelar di Kota Palu, sehingga kehadiran PIPAF 2012 merupakan momentum
untuk lahirnya Festival Internasional atau Asia Pasifik masa akan
datang.(JAMRIN AB)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sumber : <a href="http://catsatanjamrin.blogspot.com/2012/12/silaturahmi-budaya-etnis-dalam-pipaf.html" target="_blank">http://catsatanjamrin.blogspot.com/2012/12/silaturahmi-budaya-etnis-dalam-pipaf.html</a> </span></div>
</div>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-63554390044741531642012-09-04T20:00:00.000-07:002018-01-14T21:39:50.130-08:00KONFLIK BUNYI DI TANAH AGRARIS<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b>KONFLIK BUNYI DI TANAH AGRARIS<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i>Catatan Dari Pertunjukan “ Huru Ha Raego ” karya : Izat Gunawan</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i>Pada Hari Selasa 4 september 2012 Di soki pompevayo,<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i>Desa Kotapulu Kecamatan Dolo. Sulawesi Tengah Indonesia.<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsAogpEKwuvvNC4MQCB-QmOyAHXktlbyhIgJdpVb7QuNghkQTsESHQ-kwHiLB_oVGwwKR-pFKdT2cnw7zNuutTucJ1X-6mfG9rz0rZBv4ZrzuWncGDJAXBAQ49wfRLJFnlp1YXCCnq5Mo/s1600/IMG_5130.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsAogpEKwuvvNC4MQCB-QmOyAHXktlbyhIgJdpVb7QuNghkQTsESHQ-kwHiLB_oVGwwKR-pFKdT2cnw7zNuutTucJ1X-6mfG9rz0rZBv4ZrzuWncGDJAXBAQ49wfRLJFnlp1YXCCnq5Mo/s320/IMG_5130.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah Satu Aktor Pertunjukan Huru Ha Raego</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Trans Palu-Kulawi di padati
oleh kendaraan yang laju lalu-lalang, dari kejauhan terlihat sebuah Obor berdiri di ujung jalan <i>soki pompevayo</i>, obor di pinggiran jalan
menuntun penonton dari luar desa menuju ke arena pertunjukan yang terletak di
sebuah kebun yang di penuhi oleh tumbuhan cokelat, pisang, bambu dan tumbuh-tumbuhan
lainnya. Hanya ada beberapa lampu yang menyala sehingga sebagian area kebun itu
terlihat sangat gelap, Dari dalam kegelapan terdengar bisik-bisik penonton, dan
beberapa orang yang menuntun penonton ke tempat duduk.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Setelah semua lampu di
sekitar kebun di padamkan di mulailah pertunjukan dengan sorotan LCD Proyektor
yang di sorot ke kain putih sepanjang 8
meter, yang di bentangkan diantara pohon-pohon cokelat yang tengah berbuah. Tergambar
nyala api pada Screen LCD,terlihat lighting pertunjukan dan Mic di gantung pada
batang-batang pohon cokelat, menyorot/mengarah pada kolam buatan seukuran 8X6
meter dengan tinggi air di bawah lutut , yang di letakan tepat di depan Screen
LCD. Suasana Hening, terdengar suara jangkrik ,kodok , riak air kolam yang
tertiup angin dan ditambah rekaman suara api yang membara. Kebun itu di
sulapnya menjadi arena pertunjukan <i>Huru
Ha Raego. </i>Element api, air, dan angin menyatu di awal pertunjukan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i> “ Di atas Sekerat tanah yang sekarat, ada
Semburat api yang lewat,di lumatnya suara itu bulat-bulat “. </i>Adalah kalimat
yang di suarakan oleh Izat Gunawan, kalimat itu di ulang-ulangnya sampai pada
tekanan suara yang terasa sangat menyedihkan. Setelah ia selesai dengan kalimat itu, di bawah pepohan lainnya
beberapa orang secara tiba-tiba menyalakan Obor, kemudian berjalan mengendap-endap
dan sahut-menyahut “<i>hi ya Huo Hae hoaa, hi
ya Huo Hae hoaa, hi ya Huo Hae hoaa” . </i>suasana yang tadinya terasa
menyedihkan berubah menjadi suasana mencekam, dengan terdengar sahutan-sahutan
dari kejauan yang lama kelamaan semakin mendekati kolam.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i>Paruja </i>adalah suatu bentuk
musikal dalam proses kerja petani, mengolah lahan sawah basah dengan
menggunakan kerbau. Sebut juga bunyi-bunyian
yang terdapat dalam Upacara <i>Vunja </i> yang merupakan sebuah upacara adat yang menunjukan betapa
hormatnya manusia kepada alam, ataupun <i>Raego</i>
sebagai tanda ungkapan rasa syukur, kesedihan, kegembiraaan, sampai pada
kematian. Interaksi bunyi yang terjadi atas
alam pada manusia, manusia pada alam, manusia pada manusia,
menggambarkan sebuah keharmonisan yang lahir dan tumbuh sejak lama kemudian
telah menjadi simbol tersendiri bagi masyarakatnya namun tetap memiliki nilai
universal di dalamnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b>Wujud Transformasi
Nilai Kearifan Lokal<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Oleh Izat Gunawan dalam pertunjukannya, Kearifan Lokal tersebut
di kemas tersendiri, ketika bunyi-bunyian yang lahir dari harmonisasi alam dan
manusia itu di garap kedalam bentuk komposisi bebas struktur. Bunyian yang
hadir, mulai dari nyayian <i>raego</i> yang meledak, nyayian seorang anak perempuan yang
kental dengan dialek <i>Ado Suku Kaili</i>,
bunyi aluminium, bunyi cambukan-cambukan, Bunyi <i>lalove</i>, Drum air yang di hantam, teriakan ,tangis, langkah diatas
air, sampai pada suara hewan malam di diarea kebun tempat pertunjukan <i> Huru
Ha Raego</i>, hal-hal itu memberikan pengalaman yang tidak biasa, yang pada
kenyataannya adalah menyatukan antara Ruang Kehidupan masyarakat agraris dan konflik
bunyi yang di hadirkan para pemain. Hal tersebut terasa ketika beberapa orang
dengan kostum petani yang menutup wajah mereka dengan sarung memasuki kolam, mendominasi
arena pertunjukan, terlihat beberapa orang menjadi statis dari kegiatan
membunyikan langkahnya di atas kolam air. Telinga penonton di penuhi bunyi benturan,
gesekan, hantaman, dan bahkan sesekali seperti tembakan, tergambarlah
pertikaian di benak, penonton dapat merasakan konflik itu, ketakutan, dan
kengerian pada masyarakat agraris, dimana Sawah ladang mereka yang biasanya
adalah tempat untuk orang bertani, berubah seketika menjadi arena pertarungan. keharmonisan
Interaksi bunyi antara manusia dan alam berubah menjadi konflik bunyi dari
manusia-manusia yang menebarkan Kengerian,kesedihan, dan ketakutan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Pertunjukan malam itu
terdapat beberapa hal yang sebenarnya masih dapat di explorasi secara maksimal. Sound system dan ligthing menjadi
persoalan pada beberapa bagian pertunjukan, mixing sound system sudah
semestinya mempertimbangkan persoalan atmosfer arena pertunjukan, dan dari instrument
atau benda-benda yang levelitas bunyinya
rendah, gerak pemain menjadi sangat penting ketika pada gerak tubuh itu di
lekatkan symbol-symbol , sudah semestinya permainan lighting di optimalkan,untuk
memfokus bentuk-bentuk yang di hadirkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Di beberapa bagian
pertunjukan, bentuk dan tempo gerak di dalam kolam juga perlu di pertimbangkan,
dasar kolam yang licin membuat para pemain kelihatan khawatir dan sangat
hati-hati dalam bergerak, selain itu sempat terjadi kehilangan fokus oleh
pemain yang menyebabkan putusnya suasana yang dibangun, untungnya dapat segera
di atasi dengan improvisasi dari pemain itu sendiri. Permainan bunyi dari
kostum plastik yang di gunakan perlu menjadi bahan eksplorasi, juga daun kering
yang secara tidak sengaja jatuh di dalam kolam memberikan efek yang natural dalam
pertunjukan , sebab dalam komposisi <i>Huru
Ha Raego </i>malam itu terjadi beberapa pengulangan bentuk komposisi, hal itu
adalah salah satu masukan dari penonton yang di sampaikannya pada sesi diskusi.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Pada bagian akhir pertunjukan para pemain menyudahi pertikaian
Bunyi dengan melakukan kembali gerak dan vocal <i>Raego , akan tetapi </i>dengan berbagai perasaan dan suasana yang telah
bercampur baur, mereka terlihat mencoba merekonstruksi kembali keharmonisan<i> </i>bunyi antara Alam Raya dan Manusia,
Namun sebelum keharmonisan itu tercipta, Para pemain telah statis dan lampu
pertunjukan telah padam, Tak terasa waktu berlalu ± 1 jam 15 menit.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Pertunjukan pun berakhir, yang kemudian dilanjutkan dengan
sesi diskusi. Seluruh lampu di area itu di nyalakan,sungguh di mengagetkan
ketika terlihat ± 200 penonton mengelilingi ,tempat pertunjukan, penonton malam
itu terdiri dari berbagai kalangan, baik warga masyarakat desa itu sendiri,
Orang tua ,anak-anak , remaja , sampai pada akademisi, mahasiswa, dan beberapa
orang dari pihak pemerintah setempat. Seorang ibu warga desa setempat memberikan
komentar bahwasanya, pertunjukan itu telah memberi dampak yang cukup baik bagi pemuda-pemuda desa yang terlibat pada
proses <i>Huru Ha Raego</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPrc15cvU_qywL8dqbnC7dK-NkhvzRDpO_-H4kYlNR51h6wgqUjbfMwfNLPUHiRZu7R0IL44lw8KaEht-337PulQ-uTWj6flpiXr2MYZ8NPyQJkJuyMdgAJ_P6BT9-ylAP90YUc_sTfXc/s1600/DSC_9460.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPrc15cvU_qywL8dqbnC7dK-NkhvzRDpO_-H4kYlNR51h6wgqUjbfMwfNLPUHiRZu7R0IL44lw8KaEht-337PulQ-uTWj6flpiXr2MYZ8NPyQJkJuyMdgAJ_P6BT9-ylAP90YUc_sTfXc/s1600/DSC_9460.JPG" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Moh Izat Gunawa (Pengkarya)</td></tr>
</tbody></table>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comDolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Indonesia-1.0092562 119.8930904-1.1362657 119.73172890000001 -0.8822467 120.0544519tag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-73261144560170813762012-09-02T12:32:00.001-07:002018-01-06T00:49:33.133-08:00Mora'akeke, Berharap Berkah Hujan ( Kaili Ija )<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgLLSTcUJb_x2oDdqYNE8EjHmOotW25eBsh2KkEsAhtvQQjPkI1phArsvpks5gD-k6mACug68v6hy4S2FpxTLaj-TBSvzywBYSr7jqbWuxRONdEJXW9PKADEcaQpMi52G05LkW39PNG1s/s1600/P1012629.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1600" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgLLSTcUJb_x2oDdqYNE8EjHmOotW25eBsh2KkEsAhtvQQjPkI1phArsvpks5gD-k6mACug68v6hy4S2FpxTLaj-TBSvzywBYSr7jqbWuxRONdEJXW9PKADEcaQpMi52G05LkW39PNG1s/s320/P1012629.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
Awan hitam menggelayut di atas Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Suasana gelap tiba-tiba menyelimuti kawasan
Sigi kendati waktu baru menginjak pukul 09.00 Pagi. Hujan yang
dinantikan selama delapan bulan itu akhirnya datang juga sepekan setelah
warga keturunan suku Kaili Ija, yang mendiami lima desa di Sigi,
melakukan ritual Mora’akeke.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mora’akeke adalah ritual mendatangkan
hujan pada Ntupu atau Tuhan melalui perantara Mpue atau arwah leluhur.
Ritual ini dilakukan oleh warga keturunan suku Kaili Ija yang mendiami
lima desa di Kabupaten Sigi, yakni Desa Bora, Oloboju, Soulove, Sidera,
dan Vatunonju.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Atas kesepakatan bersama para tokoh adat di kelima
desa itu, Mora’akeke kali ini d terpaksa
dilakukan lagi karena hujan tak pernah turun sejak
delapan bulan silam. Musim kemarau berkepanjangan ini membuat warga
akhirnya meninggalkan sekitar 800 hektar lahan pertanian dan lahan
bawang yang kekeringan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu, satu per satu warga berdatangan
ke hulu Sungai Vuno di Desa Oloboju, Kecamatan Sigi Biromaru, Sigi. Para
lelaki membawa kambing dan memasukkannya ke kandang yang telah
disiapkan. Sementara ibu-ibu dan gadis remaja menuju tempat masak berupa
tenda yang didirikan di pinggir sungai. Mereka menyiapkan kayu bakar
dan kuali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di seberang sungai, para tokoh adat dan kepala desa
berkumpul di tenda utama seusai berziarah ke makam leluhur yang berada
di bukit di sekitar desa, seperti makam Pue Balaki, Siga Lei, Siga Vuri,
Doyo Kota, dan Dayong Nggarungia. ”Kami berharap para leluhur
membimbing dan melancarkan jalannya ritual Mora’akeke,” tutur Ali Maoju
Yalirante (56), Ketua Dewan Adat Desa Sidera.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para ketua dewan
adat lalu memeriksa persiapan ritual Mora’akeke. Salah satu syarat
penting yang dicek adalah satu ekor babi dan anjing yang akan ditombak
saat ritual berlangsung nanti. Babi dan anjing ini mesti yang belum
berusia satu tahun. Menurut Ali, lolongan babi dan anjing yang masih
kecil dibutuhkan untuk memanggil arwah leluhur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah semuanya
siap, ritual diawali tabuhan kendang oleh dua orang Topogimba atau
penabuh kendang. Tabuhan dalam irama monoton dan terkesan mistis itu
mengiringi penyembelihan delapan ekor kambing dan dua ekor ayam di
tengah sungai. Hewan yang dibeli dengan uang hasil urunan Rp
10.000 tiap kepala keluarga itu harus disembelih di sungai karena
darahnya menjadi persembahan untuk ”Nteka”, sang penguasa air.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Darah dibersihkan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Seusai
darahnya dibersihkan di sungai, daging hewan itu dimasak oleh sejumlah
ibu-ibu di tenda di tepi sungai. Daging itu menjadi santapan warga
sebagai rasa syukur setelah upacara berlangsung. ”Semua makanan harus
habis. Tidak boleh dibawa pulang sebagai tanda kebersamaan warga
keturunan suku Kaili Ija,” ungkap Usri Sipanava, anggota Dewan Adat
Sigi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesaat setelah prosesi penyembelihan hewan, cuaca mendung
disertai embusan angin yang cukup kencang. Tanda-tanda mau hujan itu
kontras dengan kondisi cuaca yang sangat panas sebelum ritual
berlangsung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Hapri Ika Poigi, dosen yang meneliti suku
Kaili dari Universitas Tadulako Palu, suku Kaili memiliki tradisi untuk
menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara manusia dan alam. ”Harmoni
ini salah satunya diwujudkan melalui Mora’akeke. Hal ini bukan sekadar
ritual karena di dalamnya mengandung kearifan lokal tentang pentingnya
menjaga kelestarian alam,” kata Hapri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah darah hewan mengalir dan sungai bersih kembali, bagian inti ritual pun dimulai. Ritual dipimpin oleh Ze’e (40), seorang bayasa atau pemimpin upacara yang memiliki keturunan dengan sejumlah bayasa sebelumnya. Sejak ritual Mora’akeke pertama kali dilakukan, seorang bayaha harus berjenis kelamin laki-laki, tetapi berdandan seperti perempuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
Ali, suku Kaili Ija percaya bahwa karakter seperti waria lebih mudah
dirasuki arwah leluhur pada akhir ritual Mora’akeke. Dalam memimpin
jalannya ritual, Ze’e didampingi dua orang makatoko ka’ada berjenis kelamin perempuan. Sebelum upacara dimulai, ketiganya mengenakan ivo, pakaian adat suku Kaili Ija, yang terbuat dari kulit kayu tumpulari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ze’e
dan pendampingnya lantas duduk di hadapan sesaji yang telah diletakkan
di atas terpal berukuran sekitar 10 x 5 meter persegi. Sesaji itu
terdiri atas tujuh buah pinang utuh, tujuh buah gambir, tujuh gulung
tembakau, tujuh lembar daun sirih, serta tujuh buah ketupat yang
disatukan dengan sebungkus kapur sirih, semangkuk beras, dan sebungkus
rokok. Angka tujuh merupakan simbol pitunggota, yakni tujuh daerah keadatan yang ada di Kabupaten Sigi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak jauh dari sesaji terdapat Vunja, media ritual terbuat dari bambu setinggi tiga meter yang dihiasi daun kelapa dan dipasangi sekitar 14 ketupat. Vunja
yang ditancapkan ke tanah itu merupakan simbol pohon yang subur
buahnya. Kesuburan itu diharapkan menulari lahan pertanian dan bawang
milik warga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Tetabuhan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara
tabuhan kendang berirama monoton diselingi teriakan sang penabuh,
menandai dimulainya ritual inti Mora’akeke. Ze’e dan kedua pendampingnya
lantas bersimpuh di hadapan sesaji yang diletakkan di bawah wunja
dan membacakan mantra. Setelah berlangsung selama 30 menit, salah
seorang pendamping membakar kemenyan. Aroma ini diharapkan mampu
memudahkan datangnya arwah leluhur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bunyi tabuhan gimba
dan teriakan penabuh silih berganti terdengar. Namun, arwah leluhur tak
kunjung merasuki raga Ze’e meskipun ritual telah berlangsung hampir dua
jam. Ze’e dan pendampingnya pun lantas berjalan mengelilingi wunja sambil menari mengikuti irama tabuhan gimba. Irama tabuhan yang semakin cepat turut mempercepat langkah kaki mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa
saat kemudian, langkah Ze’e melambat dan berjalan sempoyongan.
Kepalanya tertunduk seperti seseorang yang tidak sadarkan diri. Ze’e
memisahkan diri dan berjalan menuju Sungai Vuno yang berada sekitar 10
meter dari tempat ritual. Setelah berguling seperti orang kesurupan di
pinggiran sungai yang dalamnya sekitar 30 sentimeter, Ze’e tak sadarkan
diri dan dibopong sejumlah warga kembali ke tempat ritual.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa
tetua adat mendekat untuk memastikan kondisi Ze’e baik-baik saja. Saat
itulah Ze’e tiba-tiba berbicara dengan nada suara berat sambil matanya
terpejam. Para tetua adat mendengarkan dengan saksama kata-kata yang
diucapkan Ze’e dalam bahasa Kaili. Menurut Ali, Ze’e telah dimasuki
arwah Pue Balaki, raja suku Kaili Ija yang terakhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ritual
Mora’akeke pun akhirnya berakhir setelah Ze’e siuman. ”Rupanya, leluhur
mengingatkan kami agar tidak meninggalkan tradisi. Leluhur juga meminta
kami untuk mempererat silaturahim dengan sesama warga keturunan suku
Kaili Ija,” ungkap Usri Sipanava, anggota Dewan Adat Sigi, menerjemahkan
ucapan Ze’e.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Usri, keprihatinan leluhur itu bukan tanpa
alasan. Sejak pertengahan tahun 1990-an kerap terjadi perselisihan
antarwarga di lima desa akibat berebut air Sungai Vuno untuk irigasi.
Bahkan, beberapa pertikaian telah merenggut nyawa sejumlah warga. Dia
berharap, hujan yang akhirnya turun seminggu setelah ritual berlangsung
membawa berkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(ASWIN RIZAL HARAHAP/ RENY SRI AYU)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://nasional.kompas.com/read/2010/08/21/05001883/" target="_blank">http://nasional.kompas.com/read/2010/08/21/05001883/ </a></div>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-90874249425882925202012-08-14T11:03:00.000-07:002018-01-06T00:53:22.462-08:00BAMBAHANO & DANAU DAMPELAS<div class="news-post">
<div class="post-meta">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
Jejak Wisata di Sulawesi Tengah</div>
<span style="font-size: small;">Agun Awan, S.Pd. (Jl.Bandar Ngalim IA,Bandar Kidul,Mojoroto,Kediri,Indonesia)</span>
<br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2QA6MaOM5gdPRkg_h9Kv8SV9ymJA9pqdq4qef9CrUYqHsi9lXzWMK1qYtbp37hP8DYwv4e9xmRzSlQNlPrByvfhsWAB36pIkKN4cFsjBkU3DNKqdGYeUCZtCrnvY6bVERYUUf_B8vzyk/s1600/P1012654.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1022" data-original-width="1600" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2QA6MaOM5gdPRkg_h9Kv8SV9ymJA9pqdq4qef9CrUYqHsi9lXzWMK1qYtbp37hP8DYwv4e9xmRzSlQNlPrByvfhsWAB36pIkKN4cFsjBkU3DNKqdGYeUCZtCrnvY6bVERYUUf_B8vzyk/s320/P1012654.JPG" width="320" /></a></div>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<h2 class="author">
</h2>
<div class="post-content" style="margin-top: 20px;">
<div class="thumb_news" style="width: 254px;">
<span style="font-size: small;"><span class="caption"></span></span></div>
<div class="thumb_news" style="width: 254px;">
<br /></div>
</div>
<div class="post-content" style="margin-top: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;">Donggala (ANTARA News) - ktivitas masyarakat di Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, hari ketiga pascalebaran Idul Fitri .</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: small;">
Hari itu muda-mudi, tidak sedikit pula yang sudah berkeluarga dan
anak-anak tumpah-ruah di pusat-pusat wisata. Mereka melepas lelah
setelah sebulan lamanya berpuasa.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Di Kecamatan Dampelas banyak pilihan tempat bertamasya. Ada Danau
Dampelas dan Bayabi di Desa Talaga, Pantai Majang di Desa Rerang, Ogo
Dampelas, tanjung Dampelas dan Bambahano di Desa Sabang. Masing-masing
lokasi wisata itu menawarkan pesona alam yang berbeda satu sama lainnya.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Batu cadas yang di atasnya ditumbuhi pepohonan keras, pasir putih
mengkilap, ombak bergulung, tiupan angin, artefak tapak kaki, karang
bawah laut, pohon rindang nan tawaran kuliner tradisional dapat dijumpai
di Bambahano, 150 kilometer arah pantai barat Kota Palu.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
"Di sini cocok olahraga air seperti ski terutama saat teduh. Bagus
juga untuk bola pantai karena pasirnya halus dan bersih," kata Kiki,
warga setempat.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Bambahano adalah dua suku kata dari bahasa Dampelas. "Bamba" artinya
muara. "Hano" artinya danau. Bambahano berarti muara danau.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Saat air laut surut, air danau Dampelas ikut mengalir ke laut. Itulah
sebabnya masyarakat Sabang menyebutnya sebagai muara danau. Jarak
pantai dan danau kurang dari satu kilometer diantarai hutan dan semak
belukar.<br /> </span><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Dalam hutan itu terdapat ekosistem flora dan fauna seperti burung
belibis dan tanaman pemakan serangga sehingga dapat dijadikan ekowisata
untuk kepentingan penelitian. Keunikan itulah salah satu alasan orang
berkunjung ke Bambahano. Selain menyebur ke laut, juga bisa membilas
badan dengan air danau. Jika air pasang, rasa air di sana payau.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Lokasi wisata ini bentuknya seperti tanjung. Posisinya di tepi pantai.
Sekitar 40 meter dari darat, terdapat dua gumpalan batu besar
menyerupai pulau kecil. Di atasnya ditumbuhi pepohonan keras tahan air
asin. Menyeberang ke batu itu bisa dengan berjalan kaki jika air dalam
posisi surut. Banyak pengunjung berpose dengan latar tebing batu cadas.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;"> "Kalau air pasang, kelihatan dua batu itu seperti pulau kecil tidak berpenghuni," kata Kiki.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Menurut Kiki, karang bawah laut di sekitarnya sebagian masih terawat.
Sejak akhir tahun 1980-an, pemerintah desa di Sabang sudah melarang
mengambil batu karang di sekitarnya. Meski masih ada aktivitas
pengambilan karang untuk material pembangunan rumah tapi jauh dari
lokasi itu.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Wisata Bambahano itu pertama kali dibuka oleh Pengurus Karang Taruna
Desa Sabang sekitar tujuh tahun lalu. Sekelompok generasi muda yang
tergabung dalam Karang Taruna membuka semak-semak di sana. Pohon-pohon
kecil mereka tebang. Pohon besar nan rindang disisakan untuk tempak
berteduh.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;"> "Jadilah dia seperti sekarang ramai dikunjungi orang terutama musim lebaran," kata Kiki.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;"> "Beberapa tahun lalu saya lihat ada orang bule datang ke sini untuk sebuah penelitian," katanya.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Dua tahun setelah dibukanya lokasi itu, pemerintah Kabupaten Donggala,
di bawah kepemimpinan Bupati Adam Ardjad Lamarauna mengaspal jalan
menuju lokasi itu. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari jalan trans
Sulawesi. Kini Kendaraan roda dua dan empat bisa didaratkan langsung ke
bibir pantai Bambahano.<br /> </span><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Jarak tempuh dari Kota Palu ke Bambahano kurang lebih 150 kilometer
arah pantai barat. Biasanya ditempuh tiga jam paling lama dengan
kecepatan rata-rata 50 kilometer per jam.<br /> </span><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Belakangan ini jalan di jalur pantai barat Donggala tembus ke
Kabupaten Tolitoli sudah mulus. Lebar jalannya rata-rata enam meter.
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi memperkirakan tahun 2010 ini seluruh
proyek jalan dan jembatan di wilayah ini akan tuntas.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Menuju Bambahano bisa dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
Menggunakan kendaraan pribadi bisa berangkat dari Palu kapan pun.
Pagi-pagi lebih baik sehingga bisa tiba di Bambahano pagi pula. Sore
bisa kembali lagi setelah seharian bercengkrama dengan keindahan alam di
sana.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Bagi yang ingin bermalam, di sana ada tempat beristirahat meski belum
representatif. Tetapi ada pilihan penginapan di Desa Sabang.<br /> </span><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Sebelum masuk ke Bambahano, Anda lebih dulu bertemu dengan Danau
Dampelas atau danau Talaga yang teduh di bawah kaki gunung Sitangke
sebagai zona penyangga danau itu. Di sana pengunjung bisa melepaskan
lelah sesaat di pinggir jalan dekat danau. Jika membawa kail, bisa
menumpang mancing ikan tawar, setelah itu melanjutkan perjalanan. Tidak
lebih dari 20 menit sampai ke Bambahano.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;"> Sekali jalan, Anda bisa menikmati dua pesona alam yang unik, danau Dampelas dan pesona laut Bambahano.</span>
<span style="font-size: small;"><b> </b></span><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
"Makanya di Bambahano itu ada artefak kaki yang besar di atas batu,"
kata magister Fakultas Budaya Universitas Gadjah Mada itu.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Jika air laut surut artefak kaki--warga di Dampelas menyebutnya kaki
Sawerigading-- dapat dilihat jelas. Tapak kaki itu menempel di atas batu
lengkap dengan lima jarinya.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Dampelas kata Hapri adalah salah satu suku bangsa yang berdiri
sendiri. Memiliki ciri tersendiri sebagai suku bangsa seperti bahasa,
budaya dan adat istiadat.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
"Dampelas itu bukan sub etnis atau bagian dari etnis tertentu tetapi
Dampelas adalah sebuah suku bangsa yang keberadaannya tidak terlepas
dari mitologi Mahadiyah Dampelas," kata Hapri.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Di Dampelas terdapat beberapa lokasi wisata yang bisa dijadikan
destinasi pariwisata diantaranya adalah danau Dampelas dan Bambahano.
Dua tempat ini memiliki daya tarik yang dapat membentuk sistem yang
sinergi dalam menciptakan dan memotivasi kunjungan wisatawan.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Menurut Hapri, danau Dampelas dan Bambahano dapat dikembangkan sebagai
objek wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Selain
pesona alam di sana juga terdapat ekowisata untuk kepentingan
penelitian.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
"Tempat ini sebetulnya unik karena hanya di sana ada danau yang
bersebelahan dengan laut ditambah lagi ekosistem flora dan faunanya.
Apalagi ditambah dengan budaya lokal masyarakat Dampelas, lengkap sekali
untuk destinasi pariwisata," kata Hapri.</span>
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Dosen pada Universitas Tadulako ini mengatakan, pemerintah daerah
tampaknya belum fokus mengembangkan daerah tersebut sebagai potensi
wisata yang memiliki keunggulan. </span><span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;">
Pemerintah kata Hapri mestinya sudah bisa melakukan gebrakan iven
untuk memperkenalkan wisata danau Dampelas dan Bambahano salah satunya
melalui festival danau Dampelas."Tapi kan itu belum terlaksana,"
katanya.</span>
</span><br />
</div>
<div class="post-content" style="margin-top: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><b>Keunikan Mitologi</b></span></span></div>
<div class="post-content" style="margin-top: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Menurut
Budayawan Hapri Ika Poigi, keberadaan Bambahano tidak terlepas dari
mitologi Sawerigading dan Mahadiyah Dampelas. Awalnya danau dan laut di
teluk itu menyatu, tetapi karena perseteruan Sawerigading dan Mahadiyah
Dampelas, sehingga teluk itu tertutup dan terbentuklah danau Dampelas.</span>
</span></div>
</div>
<div class="cprt" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; font-size: small;">
<b> </b></span></div>
<div class="cprt" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: inherit;">COPYRIGHT © 2010, Ki Agu</span>n LBB SSC Kediri, Indonesia.</b></span></div>
<span style="font-size: small;"><b>Sumber : <a href="http://zonageo.blogspot.com/2010/10/rona-bambahano-danau-dampelas-jejak.html">http://zonageo.blogspot.com/2010/10/rona-bambahano-danau-dampelas-jejak.html</a></b></span>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-88769348079257585562012-08-14T10:41:00.000-07:002018-01-06T00:56:06.388-08:00Ritual Adat Kayori<table><tbody>
<tr><td class="linkdomun" width="392"></td></tr>
<tr><td class="teks"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuRKB3azIN0AEb81Yf1H_MqhmQ0NqXPE9gYJsVFLH5p1BIGYcLlYzkq7i0mfuMecRt1bFf4mEoMN_tPt3VBn-nzPKyjnyUaa9XENd7ju6Yawpru5ynZoGKRLjgyFRqcRqcrZgC0tXPxiQ/s1600/21370002.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1061" data-original-width="1600" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuRKB3azIN0AEb81Yf1H_MqhmQ0NqXPE9gYJsVFLH5p1BIGYcLlYzkq7i0mfuMecRt1bFf4mEoMN_tPt3VBn-nzPKyjnyUaa9XENd7ju6Yawpru5ynZoGKRLjgyFRqcRqcrZgC0tXPxiQ/s200/21370002.JPG" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i> </i>Sekian lama tak terdengar, beberapa
waktu lalu masyarakat sub etnis Pendau yang bermukim di kawasan Desa
Bayang, tepatnya di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Bayang, Kecamatan
Dampelas, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, menggelar ritual Adat
Kayori. Ritual ini dimaksudkan selain untuk membangkitkan ingatan warga
di lingkungan tersebut akan adat istiadat yang ditinggalkan leluhur
mereka, juga dalam upayanya menangkal bencana yang belakangan marak
terjadi di berbagai belahan bumi Pertiwi. Yang cukup membuat salut,
persiapan seluruh kegiatan tak hanya dilakukan oleh etnis Pendau, namun
seluruh warga dari berbagai etnis<i>.</i></div>
<i></i></td></tr>
<tr><td class="teks" style="border-bottom: #000000 0px solid;"><br />
<div style="text-align: justify;">
Ketua Adat Dampelas, Basir Baco Taparang mengatakan, ritual adat
Kayori yang baru saja dilaksanakan oleh sub etnis Pendau, hanyalah
sebagian kecil dari sekian banyak warisan nenek moyang suku Pendau.
Menurutnya, etnis Dampelas terbagi atas empat sub etnis, yakni Dampelas,
Pendau, Lauje, dan Tajio. Lebih lanjut lelaki paruh baya yang telah
kehilangan kemampuannya untuk melihat setelah operasi katarak ini
menjelaskan, keempat sub etnis tersebut memiliki kekhasan pada bahasa
ibu yang mereka pergunakan.
”Seperti halnya etnis Kaili dengan sub etnis seperti Tara, Da’a, Ledo,” ungkapnya.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ketua adat yang akrab disapa dengan nama<b> <i>Kai Basi</i></b> ini
menuturkan, berbagai bencana yang menimpa masyarakat begitu beruntun dan
cukup merisaukan. Silih berganti meninggalkan nestapa dan lara yang
tiada kira. Bencana dipercaya dikarenakan oleh kemarahan leluhur yang
murka melihat generasi penerus mereka mulai melupakan adat istiadat yang
diwariskan. Padahal, menurutnya, ada tiga unsur aturan hukum yang
mestinya mengikat dalam masyarakat, yakni adat, agama, dan pemerintah.
Seperti menguatkan, sekretaris adat Dampelas, Yunus Lahamesang, menyebut
hukum yang paling jarang digunakan oleh masyarakat modern adalah hukum
adat. Sedangkan menurut Yunus pelaksanaan hukum adat terbukti telah
menciptakan masyarakat di masa lalu rukun dan tentram dalam kedamaian.
</div>
<br />
<div align="center">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yunus menuturkan, keadaan tersebut tercipta karena masing-masing
individu berusaha untuk menaati aturan adat yang ada karena mereka tak
menginginkan terkena sanksi sosial yang dampaknya justru lebih berat
dirasakan dibandingkan hukuman fisik. Yang lebih memprihatinkan buat
kedua pemuka adat tersebut adalah ketiadaan perhatian pemerintah akan
keberlangsungan adat mereka. Bahkan dengan sinis Kai Basi menyebut
ungkapan ”Tak ada suku terasing atau tertinggal. Karena yang ada,
menurutnya suku yang diasingkan atau ditinggalkan”.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Yunus mengaku, dirinya beserta seluruh peserta ritual adat tak bisa
memakai pakaian adat karena merasa tak mampu menyediakan. Dirinya
berharap perhatian pemerintah dapat menyentuh mereka, hingga di masa
mendatang masyarakat Pendau dapat memiliki bukan hanya pakaian adat
namun juga rumah adat. Yunus berharap agar setiap kegiatan yang
berhubungan dengan mereka bisa dilaksanakan di rumah adat, untuk selalu
mengingatkan warganya akan pentingnya melestarikan adat.
</div>
<br />
<b>Ritual Kayori </b>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Meski bukan satu-satunya etnis penghuni UPT Bayang, Ritual Kayori
dilaksanakan karena dari sekian Etnis yang ada, Pendau sebagai etnis
lokal belum pernah sekalipun menampilkan khasanah kebudayaan mereka
sebagai bagian keragaman kekayaan budaya yang dimiliki dataran Dampelas
itu.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ritual yang dilaksanakan sekitar pukul delapan malam itu, diawali
dengan penabuhan rebana. Kali ini Kayori dilaksanakan untuk pengobatan
kepada salah seorang warga yang diperkirakan mendapat gangguan dari roh
jahat. Ritual dipimpin pemangku adat Pendau bernama Latalaha Manduping.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dengan berkeliling pemimpin ritual mengimami barisan penyanyi
Kayori, menyenandungkan mantra, doa, dan pujian serta permintaan
kesembuhan dengan berbahasa Pendau bagi sang pasien. Pasien sendiri
didudukkan di tengah lingkaran penabuh rebana.
</div>
<br />
<div align="center">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil berkeliling, penyanyi Kayori membawa <i>sonasi</i>, nasi yang
dimasak dalam bambu, masyarakat luas mengenalnya dengan nasi bambu atau
nasi jaha. Senandung Kayori itu berisi penyampaian permintaan maaf
warga kepada leluhur, dan pernghormatan terhadap leluhur serta pemangku
adat mereka. Selain kepada leluhur, nyanyian permohonan maaf dan
pernghormatan tersebut juga ditujukan kepada masyarakat yang turut hadir
dalam ritual tersebut.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ritual ini berakhir manakala matahari telah terbit di ufuk timur.
Syair yang tak mengalami perubahan sejak pertama kali diperdengarkan
tersebut, menurut pengakuan pemangku Adat berasal dari lantunan lagu
semacam <i>nina bobo</i> di masa dahulu. Meski demikian ternyata sebagian besar masyarakat Pendau sendiri tidak begitu mengenal nyanyian itu.
</div>
<br />
<b>Sesaji untuk Leluhur</b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Usai penyajian Kayori pada malam hari, siang hari esoknya, ritual
dilanjutkan dengan permintaan maaf kepada para leluhur, di tempat-tempat
yang dipercayai sebagai tempat hunian ruh nenek moyang masyarakat
Pendau. Dengan sesaji dalam tiga ukuran, kecil, tanggung dan besar,
seluruh masyarakat menuju tempat yang diyakini menjadi bagian dari
tempat leluhur mereka tersebut.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sesajian yang mencerminkan hasil tanah air leluhur di masa lampau
ditempatkan dalam wadah sejenis anyaman bambu beralaskan daun. Sonasi
yang telah dipersiapkan pada hari sebelumnya digelar bersama berbagai
jenis makanan tradisional dalam jumlah yang diperkirakan mencukupi
kebutuhan warga yang ikut. Tak ketinggalan beras aneka warna, potongan
daging ayam dan telur, sirih, tembakau serta koin kuno ditempatkan pada
nampan sajian terkecil ikut melengkapi.
</div>
<br />
<div align="center">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usai menyerahkan sesaji yang diletakkan di nampan terkecil di tempat
yang telah ditentukan, giliran sesaji pada nampan besar didoakan dengan
mantra sekilas mirip yang terucap pada ritual Kayori. Usai pembacaan
doa, tiap orang yang ikut bisa menikmati hidangan dari nampan dengan
syarat harus dihabiskan di tempat ritual, tidak boleh dibawa pulang
sedikitpun.
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Untuk selalu mengingatkan, tempat ritual dengan radius 30 meter ke
setiap penjuru sebagai tempat bebas dari aktivitas kehidupan manusia.
Harapannya agar adat tetap lestari dalam setiap benak generasi penerus.
Begitulah cara masyarakat Pendau menghormati para leluhur. Masih banyak
adat istiadat lain juga memiliki cara masing-masing untuk menghormati
para leluhur. (p<i>!</i>)
</div>
<br />
* Sumber : <a href="http://www.panyingkul.com/view.php?id=1037&jenis=kabarkita">http://www.panyingkul.com/view.php?id=1037&jenis=kabarkita</a></td></tr>
</tbody></table>
alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-9468844278210550802012-08-11T05:44:00.000-07:002018-01-06T00:57:57.912-08:00Sejarah Singkat Kabupaten Donggala<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUQArOKuv8jf_Suj6DykePCUpaoE7B52NgnmhICe2WXkgNBBdyGMF4HyrdmlrYKWmuG1XYBB5xQHaAy2S8UbinrJMEXjWeg_lZuZpa3wNuVPEp_yV8yy0sUzIBOwgsk_c0iZG9AQMqNEE/s1600/18298331_910542389087235_3260384625867882496_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1080" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUQArOKuv8jf_Suj6DykePCUpaoE7B52NgnmhICe2WXkgNBBdyGMF4HyrdmlrYKWmuG1XYBB5xQHaAy2S8UbinrJMEXjWeg_lZuZpa3wNuVPEp_yV8yy0sUzIBOwgsk_c0iZG9AQMqNEE/s400/18298331_910542389087235_3260384625867882496_n.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
Sebelum
ditaklukkan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1904 wilayah Kabupaten
Donggala adalah wilayah Pemerintah raja-raja yang berdiri
sendiri-sendiri yaitu :
<br />
<ul>
<li> Kerajaan Palu</li>
<li>Kerajaan Sigi Dolo</li>
<li>Kerajaan Kulawi</li>
<li>Kerajaan Biromaru</li>
<li>Kerajaan Banawa</li>
<li>Kerajaan Tawaili</li>
<li>Kerajaan Parigi</li>
<li>Kerajaan Moutong</li>
</ul>
Dalam perkembangan selanjutnya daerah ini yang merupakan bagian dari
wilayah Sulawesi Tengah dijadikan afdeling Donggala yang meliputi :<br />
<br />
<strong>A</strong>. Onder afdeling Palu terdiri dari ;<br />
<ul>
<li> landschap Kulawi di Kulawi</li>
<li>landschap Sigi Dolo di Biromaru</li>
<li>landschap Palu di Palu</li>
</ul>
<strong>B</strong>. Onder afdeling Parigi terdiri dari :<br />
<ul>
<li> landschap Parigi di Parigi</li>
</ul>
<ul>
<li>landschap Moutong di Moutong</li>
</ul>
<strong>C</strong>. Onder afdeling Donggala terdiri dari :<br />
<ul>
<li> landschap Banawa di Donggala</li>
<li>landschap Tawaili di Tawaili</li>
</ul>
<strong>D</strong>. Onder afdeling Toli-toli<br />
<br />
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1952, terhitung mulai
tanggal 12 Agustus 1952, daerah Sulawesi Tengah terbagi menjadi 2
kabupaten yaitu :<br />
<br />
Kabupaten Donggala, wilayahnya meliputi bekas onder afdeling Palu, Donggala, Parigi dan Toli-toli<br />
Kabupaten Poso, wilayahnya meliputi bekas onder afdeling Poso, Bungku/Mori dan Luwuk<br />
<br />
Tanggal
12 Agustus ditetapkan sebagai tahun lahirnya Kabupaten Donggala yang
diperingati setiap tahun, dengan PP No. 33 tahun 1952, juga disertai
dengan pembentukan lembaga pemerintahan daerah serta badan-badan
perlengkapan lainnya yaitu :<br />
<br />
Pembentukan DPRDS yang didasarkan undang undang NIT no. 44 tahun 1950<br />
Pembentukan dinas-dinas yang terdiri dari :<br />
<br />
Pertanian<br />
Kehutanan<br />
Perikanan Darat<br />
Kehewanan<br />
Pengajaran<br />
Pekerjaan umum<br />
Kesenian<br />
<br />
Selanjutnya
berdasarkan UU no. 29 tahun 1953 tentang pembentukan daerah tkt. II di
Sulawesi Tengah, sekaligus merupakan pemekaran pertama dimana daerah
Kabupaten Donggala dibagi menjadi dua kabupaten daerah tkt. II yaitu :<br />
<br />
Kabupaten Daerah tkt. II Donggala<br />
Kabupaten Daerah tkt. II Toli-toli<br />
<br />
Sejak
berdirinya Kabupaten Donggala, setidaknya sampai dengan tahun 1999,
Kabupaten Donggala menjadikan Kota Palu sebagai ibukota kabupaten yang
nota bene juga adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Bahkan sejak
tahun 1978 ketika Palu dikukuhkan menjadi kota administratif (cikal
bakal kota madya/pemekaran kedua) maka Kota Palu saat itu harus
menyandang 3 fungsi yaitu ;<br />
<br />
Sebagai <em>Kota Administratif Palu</em><br />
Sebagai <em>ibu kota Kabupaten Donggala</em>, dan<br />
Sebagai <em>ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah</em><br />
<br />
Berdasarkan
Peraturan Pemerintah no. 71 tahun 1999, ibukota Kabupaten Donggala
resmi dipindahkan dari Kota Palu, dikembalikan ke Kota Donggala sendiri
yang berjarak 34 km dari Kota Palu.<br />
<br />
Pada tahun 2002 kembali
terjadi pemekaran di Kabupaten Donggala, sesuai UU no. 10 thn 2002
tentang pembentukan Kabupaten Parigi Moutong, dengan memboyong 6 dari 18
kecamatan di Kabupaten Donggala saat itu.<br />
<br />
Dalam perkembangan
selanjutnya terjadi pula pemekaran kecamatan di Kabupaten Donggala, dari
12 kecamatan sepeninggal Kabupaten Parigi Moutong, menjadi 21 kecamatan
sampai saat itu (2002).<br />
<br />
Berikut nama-nama pejabat Bupati Donggala sejak tahun 1952 sampai tahun 2013 ;<br />
<br />
1. Intje Naim Dg. Mamangun (1952-1954)<br />
2. R.M Pusadan (1954-1958)<br />
3. Bidin (1958-1960)<br />
4. DM. Lamakarate (1960-1964)<br />
5. HR. Tikoalu (1964-1966)<br />
6. H. Abdul Aziz Lamadjido SH (1966-1979)<br />
7. Drs. Galib Lasahido (careteker-1979)<br />
8. Dr. Yan Moch. Kaleb (1979-1984)<br />
9. Saleh Sandagang, SH (careteker-1984)<br />
10. Drs. H. Ramli Noor (1984-1989)<br />
11. H. Bandjela Paliudju (1989-1994)<br />
12. Drs. H. Sahbuddin Labadjo (1994-1999)<br />
13. H.N Nabi Bidja S.Sos (1999-2004)<br />
14. H. Adam Ardjad Lamarauna (2004-2006)<br />
15. Drs. H. Habir Ponulele MM (2006-sekarang)<br />
<br />
Sumber : <a href="http://www.donggala.go.id/" target="_blank">http://www.donggala.go.id</a> <br />
<span class="article_separator"></span>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comDonggala, Indonesia-1.183543 119.9740534-3.2151604999999996 117.4471979 0.84807449999999984 122.5009089tag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-27580140494611187312012-05-19T13:24:00.000-07:002012-05-19T13:24:49.447-07:00Photo Dari Pentas Monolog Peksimida Sulteng 2012Pekan Seni Mahasiswa Daerah Sulawesi Tengah Tahun 2012 Tangkai Seni Teater Monolog.<br />
yang Keluar sebagai Penyaji Terbaik Yakni :<br />
<br />
<br />
<ol>
<li>Rollies Abhi Dengan Membawakan Naskah " Topeng-Topeng" Karya Rachman Sabur</li>
<li>Deita Dengan Membawakan Naskah "Marsinah Menggugat" Karya Ratna Sarumpaet</li>
<li>Imam Setiawa Dengan Membawakan Naskah "Topeng-Topeng" Karya Rachman Sabur</li>
</ol>
<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifWu4Z2H-JGcdOOYqZaH_OIZCD2T3zWNVNpX12q33EqFe4GW4GlORpfr6HO0-P7T3joJoG1QDdAQftXRUaGZIcSZpmTqyBkhvQ380NzT-BDbSX1EVm4-hPgImubuseb1C1N0fX9rh5_Zo/s1600/Rollies+Abi+.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifWu4Z2H-JGcdOOYqZaH_OIZCD2T3zWNVNpX12q33EqFe4GW4GlORpfr6HO0-P7T3joJoG1QDdAQftXRUaGZIcSZpmTqyBkhvQ380NzT-BDbSX1EVm4-hPgImubuseb1C1N0fX9rh5_Zo/s640/Rollies+Abi+.jpg" width="426" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo Oleh Ali <a href="http://www.facebook.com/akbarmaura" target="_blank">Topekodak</a></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1b6TZenqyNbRDd0zWRky8R1jDJjNNavXVg3xQbLcVJKMykuccxTcn5GGF38ZpGT1Ri-bXvwJXdO671ckQKdFG6X0AUsqsvPYhvyjwRHZ2FGvx71QQCy95vV7TCXqBY8Q4rZ3aP7RKp3s/s1600/Deita.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1b6TZenqyNbRDd0zWRky8R1jDJjNNavXVg3xQbLcVJKMykuccxTcn5GGF38ZpGT1Ri-bXvwJXdO671ckQKdFG6X0AUsqsvPYhvyjwRHZ2FGvx71QQCy95vV7TCXqBY8Q4rZ3aP7RKp3s/s640/Deita.jpg" width="426" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo Oleh Ali <a href="http://www.facebook.com/akbarmaura" target="_blank">Topekodak</a></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPoksVY2pQVqEfdgzc-DXPtzKF4TgSQ5inhl1FLRXEzXY4zueTmS8fG6vmvNz3oTDTlkfqh-ULG-rtFN2iUHqs3kQY5YuR8Mz7XZOimR4_x41BZIX4159pFy_KiFRr14XUV90wG4HkBOc/s1600/Imam+Setiawan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPoksVY2pQVqEfdgzc-DXPtzKF4TgSQ5inhl1FLRXEzXY4zueTmS8fG6vmvNz3oTDTlkfqh-ULG-rtFN2iUHqs3kQY5YuR8Mz7XZOimR4_x41BZIX4159pFy_KiFRr14XUV90wG4HkBOc/s640/Imam+Setiawan.jpg" width="426" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo Oleh Ali <a href="http://www.facebook.com/akbarmaura" target="_blank">Topekodak</a></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: center;">
Semoga Teater Di Nusantara Indonesia Semakin Berjaya.</div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-91811983668702468822012-02-19T15:53:00.000-08:002012-02-19T15:53:04.036-08:00Menimbang Lapuk, Menimang Kusuk<span style="font-size: x-small;"><span class="author">Written by Benny Kay </span>
|
</span><span class="created"><span style="font-size: x-small;">
12 February 2012</span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://indonesiaseni.com/images/stories/konten/pertunjukan/menimbang_lapuk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="282" src="http://indonesiaseni.com/images/stories/konten/pertunjukan/menimbang_lapuk.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="created"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Lampu
telah dipadamkan. Pertanda pertunjukan akan segera dimulai. Malam itu
sekira pukul 20:00, Rabu (21/12), pementasan dengan judul “Menimbang
Lapuk” oleh Komunitas Seni Intro dipertunjukkan di pentas Teater Utama
Taman Budaya Padang. Sutradara pementasan ini Della Nasution, ialah
seorang seniman perempuan yang penuh dedikasi terhadap jalur seni yang
ia pilih, dalam hal ini seni teater. Ia peraih Empowering Women Artist
(EWA) dari Yayasan Kelola, sebuah yayasan yang berpusat di Jakarta,
yayasan ini telah membidani beragam kegiatan kesenian dan kebudayaan di
Indonesia. Program EWA ini berangkat dari fakta bahwa hanya 25% seniman
perempuan di Indonesia, sehingga seniman-seniman perempuan ini patut
diapresiasi lebih baik oleh masyarakatnya melihat kerja keras dan
ketekunan mereka berproses dalam kesenian. Yayasan Kelola dengan program
EWA ini memberi kesempatan bagi seniman-seniman perempuan Indonesia
dengan pendanaan dan pembinaan manajemen artistik selama tiga tahun
penuh.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Tiba-tiba lampu kembali dinyalakan di atas pentas. Menerangi
sebuah “rumah” kelas pekerja yang sederhana. Satu set meja tamu dan
kursi terletak di tengah ruangan. Agak menjorok ke belakang di sayap
kanan panggung terlihat satu set perangkat memasak seperti kompor, rak
bumbu, beberapa buah teflon tergantung di dinding, pisau dapur, dan
sebagainya yang menandakan ruang kecil itu adalah dapur. Dua kain pintu
terpasang rapi yang menandakan dua pintu kamar tidur. Di dinding triplek
rumah itu terlihat dua poster menempel, pada dinding itu juga terdapat
coretan khas tangan anak kecil, yang barangkali itu adalah coretan
dindingnya Bening (Shindi Melun), gadis cilik yang akan masuk sekolah
dasar pada tahun ajaran baru ini. Di rumah ini Bening tinggal bersama
dua kakaknya; Yoga (Dirga RE) dan Sasa (Emilia Dwi Amoi), serta seorang
Etek (Della N) saudara perempuan ibu yang menanggung kehidupan tiga
kemenakannya. Sementara adik Etek atau ibu kandung Yoga (dan kedua
adiknya) telah berpulang lebih dulu karena sakit. Tidak disinggung
dimana keberadaan ayah selama pertunjukan berlangsung, bisa jadi hal ini
disebabkan oleh keinginan penulis naskah sekaligus sutradara
pertunjukan ini untuk lebih menonjolkan sosok perempuan tangguh, dalam
hal ini Etek, sehingga keberadaan ayah tidak perlu dihadirkan ke dalam
teks apabila dirasa hanya akan menjadi komponen yang sia-sia, baik
secara teks naskah maupun teks panggung.<br /><br />Cerita berawal dari
sebuah pagi yang indah dalam keseharian keluarga minang perantauan di
ibukota Jakarta. Kebahagiaan di pagi itu terlihat dari betapa cerianya
Sasa dan Bening menyambut pagi sambil bernyanyi dan menari sebelum
mereka akhirnya pergi ke sekolah. Tidak berapa lama kemudian dari kamar
keluar Yoga yang juga akan keluar rumah, tapi bukan untuk bekerja, sebab
ia sudah beberapa kali memutuskan hubungan kerjanya dari beberapa
perusahaan yang ia rasakan sangat tidak adil dalam pembagian upah kerja
bagi karyawan-karyawannya. Perusahaan hanya memikirkan bagaimana
mendapatkan laba besar tanpa mempedulikan kesejahteraan karyawan. Kasus
seperti ini jamak terjadi bahkan hampir terkesan klise sebenarnya, tapi
bagi Yoga harus ada yang dilakukan, harus ada perubahan, tidak boleh
selamanya kaum pekerja berdiam diri hanya menerima perlakuan semena-mena
terhadap diri mereka. Perubahan akan terjadi apabila dibarengi aksi,
Yoga sangat meyakini akan hal itu. Disinilah Yoga mengambil keputusan
dan peran sebagai aktivis yang membawa suara-suara sumbang kelas pekerja
yang menuntut keadilan dan kesejahteraan yang layak bagi mereka,
setelah ia mengalami langsung berbagai masalah ketika bekerja sebagai
buruh. Kerja belum selesai, belum apa-apa. Begitulah batin Yoga.<br /><br />Tetapi
perubahan inilah yang disangsikan oleh Etek, setelah sekian lama Yoga
“berteriak” lantang namun perubahan tak kunjung datang. Persis seperti
kejadian saat Etek dan pedagang lainnya digusur dari Pasar Senen, tidak
seorangpun aktivis yang muncul batang hidungnya termasuk Yoga dan
teman-temannya. Etek bukannya anti perubahan dan apatis terhadap segala
permasalahan yang diasung Yoga, tetapi Etek hanya berharap agar Yoga
juga tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai kakak bagi Sasa dan
Bening, mengingat Etek yang semakin “lapuk”. Sasa yang masih duduk di
bangku sekolah menengah atas juga belum bisa segera diandalkan dalam
menopang hidup keluarga. Sasa adalah tipe generasi muda yang gampang
ikut arus, yang lebih cenderung memikirkan mode, gaya hidup, tren yang
melanda anak-anak muda di negeri ini. Sedangkan Bening si bungsu, sangat
berharap untuk bisa bersekolah di sekolah favorit yang ia idamkan.
Sangat disayangkan kemudian, pada pertengahan cerita sepulang Sasa dan
Bening dari sekolah. Mereka berdua pergi mengunjungi Ibu Ros kenalan
Etek, disinilah mereka mengetahui ternyata keinginan Bening tidak
berujung manis, Ibu Ros mengabarkan bahwa Bening tidak lulus masuk
sekolah favorit idamannya. Sementara teman-teman Bening yang
sepengetahuannya ada yang tidak lebih pintar darinya bisa lulus di
sekolah tersebut hanya karena ia anak konglomerat. Bening depresi
mendengar kabar itu, ia langsung masuk ke kamar dan menangis sendiri. <br /><br />Seleksi
masuk sekolah tahun ajaran baru menjadi agenda pendidikan tahunan yang
seharusnya menjadi salah satu agenda penting dalam pelayanan pemerataan
pengetahuan bagi masyarakat, kini telah berubah menjadi agenda pesta
pendidikan yang “wah”. Bagaimana tidak, setiap kali penyelenggaraan
pendidikan tahun ajaran baru dimulai seperti bunyi alarm bagi saku
orangtua murid, beruntunglah bagi yang mampu, namun bagi keluarga miskin
yang hidupnya pas-pasan, biaya sekolah menjadi beban lain yang harus
mereka pikul di pundaknya. Sementara di lain pihak, pemerintah sebagai
pihak yang bertanggungjawab terhadap pemenuhan hak pendidikan bagi
rakyat sesuai amanat konstitusi negara, seolah lepas tangan dengan
masalah ini. Meski pun sebenarnya pemerintah sudah memberikan solusi
yakni keringanan bagi rakyat miskin mendapatkan akses pendidikan dengan
program bantuan bagi keluarga miskin, namun urusan birokrasi yang
panjang dan berbelit menjadi permasalahan lain yang bikin telinga merah
sehingga banyak keluarga miskin memilih untuk menjaga harga diri dan
tidak mengambil haknya.<br /><br />Kesempatan dalam kesempitan ini menjadi
peluang bagi “sekelompok” orang yang lain, dana pendidikan yang
“terpendam” itu pun tidak disia-siakan. Koruptor sang tikus menjadi
ancaman laten yang sungguh memilukan dan memalukan namun semakin marak
beranak-pinak. Dana pendidikan yang konon 20% itu tidak pernah sampai ke
tangan kecil Bening. Bening tidak berdaya menghadapi tangan besar
kekuasaan. Sama seperti kakaknya, Yoga, yang pada akhirnya dibungkam di
tengah medan demonstrasi yang ia usung bersama teman-temannya demi
menuntut kesejahteraan bagi rakyat kecil kelas pekerja, khususnya kaum
buruh. Pemerintah seakan kecut dengan kebenaran yang dihadapkan
kepadanya, kebenaran yang dipaparkan oleh Yoga tentang nasib mereka yang
bagai sapi perahan pedagang kelas kakap, alih-alih melakukan dialog
terbuka, pihak penguasa malah melakukan pendekatan represif untuk
merespon suara rakyat kecil seperti Yoga. Hal ini diketahui Etek dari
seorang pedagang asongan yang melihat langsung di tempat kejadian ketika
Yoga diseret paksa oleh pihak aparat. Etek sangat terkejut pasi,
seluruh tulang-tulangnya lemas dan aliran darahnya mendesir kencang
mendengar kabar itu. Hati dan pikirannya tidak karuan membayangkan wajah
Yoga, kemenakannya diciduk aparat. Dengan segenap emosi tak tertahankan
ia mengutuk kejadian itu melalui monolog panjang mengenai
ketidakberdayaan rakyat kecil seperti keluarganya di cengkraman
penguasa. <br /><br />Etek tidak pernah bermimpi yang muluk-muluk. Tidak
mobil mewah, rumah gedongan, kapal pesiar, atau Mercy mengkilap. Etek
hanya ingin kehidupan yang wajar, sederhana dan bersahaja. Namun apa
daya keinginan itu harus berbenturan dengan kenyataan pahit di negeri
ini bahwa pemegang kekuasaan sama dengan penguasa (absolut) rakyat dalam
arti “sekelompok orang yang memiliki kuasa penuh atas orang lain”.
Pemegang kuasa itu pada galibnya tidak merupakan tunggal perorangan,
melainkan sekelompok orang dengan “kepentingan” yang sama,
berjalin-kelindan mulai dari para pejabat elit, pedagang wahid, orang
partai, sampai akademisi ambisius sekalipun. Sehingga membuat
orang-orang seperti Etek tidak masuk dalam timbangan “kepentingan” yang
sama. Etek adalah manusia millennium ketiga yang hidup di negeri yang
penuh horror oleh mesin-kekerasan kerah putih, meminjam istilah yang
digunakan oleh Pilliang. <br /><br />Realitas yang dihadapi Etek adalah
hasil rekayasa kaum elit yang sengaja memburamkan sudut pandang
orang-orang awam seperti dirinya. Seakan-akan posisi yang dihadapi Etek
dengan segala permasalahannya yang kusut masai dan bertubi-tubi ini
tidak akan pernah menemui jalan keluar. Sehingga menyerah pada keadaan
akhirnya menjadi satu-satunya pilihan. Itu terlihat pada perkataan Etek
untuk kemenakannya itu sebelum ia ditangkap, Etek menyarankan agar Yoga
tidak ikut-ikutan menjadi aktivis dan berdemonstrasi, bahwa itu semua
tidak akan membawa perubahan apapun. Gelegak darah muda Yoga yang
menyaksikan kejahatan kerah putih yang terjadi di sekitarnya tetap
keukeuh pada keyakinan akan kehadiran ratu adil suatu saat nanti, sampai
saat itu tiba ia pantang mundur segaris bayang pun. Kini, kasak-kusuk
kriminalitas kelas elit di negeri ini menjadi memoar panjang akan
lemahnya supremasi hukum. Sang hukum dan hakim seakan mandul menghadapi
gurita berdasi yang pintar melakonkan peran bak aktor ternama. Elit kian
melejit ke langit, hukum kian terjepit menjerit. Di ujung kisah, pasca
penangkapan terhadap Yoga, Etek memutuskan untuk mencari dimana
keberadaan Yoga kini. Sasa dan Bening terduduk sambil menahan isak
tangis di ruang tengah rumah. Sebelum lampu padam dan tepuk tangan riuh
dari penonton membahana, Bening ingin meyakinkan satu hal kepada
kakaknya Sasa bahwa Etek tidak pergi selamanya meninggalkan mereka
berdua, bahwa Etek akan segera kembali pulang. “Iya, Ning. Etek akan
kembali. Etek pasti kembali.” Jawab Sasa dengan melankolis dalam isak
tangis menutup pertunjukan malam itu dengan open ending.<br /><br />Della
Nasution selaku penulis naskah dan sutradara pertunjukan ini cukup apik
meramu artikulasi pertunjukan hingga akhir cerita. Komposisi dramatis
yang diselingi komedi ringan melalui permainan bahasa berhasil menghalau
kebosanan penonton; salah satu momok yang paling ditakuti dalam
pertunjukan dengan pendekatan panggung realis seperti ini. Tidak ada
yang terlalu wah ala “broadway” dalam pertunjukan ini termasuk
pengerjaan setting panggung dan musik yang hadir, namun seluruh
komposisi yang sederhana ini memaksa menimang kusuk yang lain di hati
penonton malam itu ketika mereka keluar dari gedung pertunjukan dan
beranjak menuju kediaman masing-masing, bahwa masih ada yang harus
dikerjakan. Kerja belum selesai, belum apa-apa.</div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br /><br /><i><b>Benny Kay,</b> sutradara Teater Rumahteduh, Padang.</i>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-25422263314731106222012-02-19T15:47:00.000-08:002012-02-19T15:53:21.551-08:00Peristiwa Ribuan Penonton Saksikan Nyanyian Angsa Teater Gendhing<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://indonesiaseni.com/images/stories/konten/pertunjukan/pamplet2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://indonesiaseni.com/images/stories/konten/pertunjukan/pamplet2.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 10pt;">IndonesiaSeni.com, Muaraenim</span></b>
- Hari Sabtu (20/2) pukul 17.00, saya sampai di Kota Muara Enim
Sumatera Selatan, sebuah kota kecil yang baru beberapa hari sebelumnya
tertimpa banjir dan angin puting beliung, tepatnya di depan Gedung
Kesenian Putri Dayang Rindu. Rencananya menonton pentas teater yang
tercatat di spanduk dan baliho depan gedung ini, yaitu drama musikal
Nyanyian Angsa karya Anton Chekov yang digarap Komunitas Gendhing
Muaraenim dengan sutradara Fikri Ms. Antusias tentunya untuk dapat
menyaksikan karya Anton Chekov dengan aktor dan sutradara dari desa
Muaraenim. Apakah terjadi akulturasi antara budaya Rusia dengan budaya
Muaraenim Sumatera Selatan yang kental dengan budaya lisan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari
dalam Gedung Putri Dayang Rindu keluar beberapa orang mengangkut-angkut
properti dari atas panggung, dan beberapa orang melucuti dekorasi
panggung. Jangan-jangan pertunjukan sudah usai pikir saya. Jauh-jauh
dari Lahat agar dapat menyaksikan pentas teater yang jarang terjadi di
Sumatera Selatan ini apalagi di Muara Enim, sebuah kota kabupaten yang
sepi aktifitas seni. Baru kali ini mulai menggeliat dengan munculnya
Komunitas Gendhing yang dimotori Fikri Ms.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah
ditanyakan pada laki-laki paruh baya yang ikut berkemas, rupanya yang
sedang melucuti panggung itu pesta khitanan. Kenapa bisa terjadi seperti
ini, apakah ada miskomunikasi antara spanduk dan baliho yang terpampang
besar di gapura halaman Putri Dayang Merindu ini dengan pementasan
Drama Musikal Nyanyian Angsa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saya
berusaha mencari informasi yang pasti, jangan sampai kesempatan nonton
Nyanyian Angsa menjadi nyanyian sunyi. Tiba-tiba seseorang menghampiri,
dia mengatakan bahwa Nyanyian Angsa pementasannya diundur menjadi Minggu
(21/2) karena gedungnya dipakai untuk pesta khitanan putra pejabat.
Kita sebagai masyarakat biasa tidak punya jabatan, mengalah. Di samping
itu karena kepengurusan Gedung Kesenian ini ada dua, di Kepala Bagian
Umum Pemerintah Daerah dan di Kepala UPTD Dinas Pariwisata. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hal
ini sempat dibahas beberapa elemen masyarakat dan Lembaga Swadaya
Masyarakat untuk mengembalikan Gedung Kesenian Putri Dayang Merindu ini
pada fungsinya yaitu sebagai tempat kegiatan berkesenian dan dibicarakan
pada Bupati serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sontak
kerja menjadi dua kali karena harus mengkonfirmasi ulang para undangan
dan para penonton yang telah memesan tiket ada sekitar 2000 tiket yang
sudah terjual. Tetapi ada baiknya karena dengan adanya kejadian ini
pemesan tiket menjadi bertambah 1000 tiket, jadi jumlah keseluruhan 3000
tiket terjual.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Fikri
Ms sutradara Nyanyian Angsa yang saya kenal dua tahun lalu, dia tidak
menyangka kawannya dari Lahat datang disaat hujan deras membasahi Bumi
Serasan Sekundang, karena dia sendiri tidak mengundangnya. Terakhir
berjumpa saat Teater Gaung mementaskan Gadis Perawan di Sarang Jabalan
adaptasi dari Perawan di Sarang Penyamun karya Sutan Takdir Alisyahbana
di gedung RRI Sumatera Selatan di Palembang setahun lalu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b>Kisah Angsa</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nyanyian
Angsa mengisahkan dua aktor penting dalam dunia peran yang sudah
menginjak usia senja kira-kira 60 tahunan. Dua tokoh tersebut Nikituskha
yang bertugas sebagai Pembisik dalam pementasan drama dan Svietlovidoff
yang pernah menjadi pemeran utama dalam beberapa drama karya William
Shakspiere seperti King Lear dan Badut, Othello, Hamlet dan Pembisik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Karena
usia tua yang menyerangnya, Svietlovidoff sering merasa ketakutan.
Kesepian semakin ia rasakan ketika disadarinya tiada seorang pun yang
peduli dengannya. Sehingga masa lalu mengingatkannya, segala sesuatu
yang pernah diraihnya begitu indah menghiasi hati dan pikirannya. Kini
Svietlovidoff menganggap dirinya seperti angsa putih yang ditinggalkan
kelompoknya karena usia senja dianggap sudah tak mampu lagi memberikan
apa-apa kecuali membebani orang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sementara
Nikitushka si Pembisik yang sama-sama sudah uzur kembali mendapatkan
kawan. Kesepian angsa putih sedikit terobati setelah segala keluh kesah
ia kabarkan, tentang masa lalunya yang gagah dan betapa energiknya
sewaktu dirinya muda, tampan, dan berani, serta menjadi pujaan wanita.
Beberapa lakon yang pernah ia mainkan, diperankannya kembali, dan
Nikitushka hanya mengikuti karena merasa kasihan terhadapnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesedihan
Svietlovidoff memuncak ketika si Pembisik ikut sedih dan menangis
mengingat masa lalunya. Akhirnya mereka hanyut dalam keterasingannya,
usia senja menjadi kendala dalam mempertahankan profesinya sebagai
Aktor. Namun seperti yang mereka katakan, “Di mana ada kejeniusan dan
kekuatan ekspresi tentu tak ada tempat bagi kesepian atau kesakitan”.
Mereka pun bangkit menatap ke depan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b>Dua Tokoh</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teater
Gending dalam menggelar Drama Musikal Nyanyian Angsa ini menampilkan
David Mulya sebagai Nikituskha dan Novan Furwansyah sebagai
Svietlovidoff. Kedua aktor yang baru saja meniti karirnya ini, mengaku
baru pertama kalinya memerankan tokoh di atas pentas dan baru pertama
bermain teater. Walau begitu aktingnya cukup memukau para penonton. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pentas
perdana ini telah melampaui kawan-kawan teater sebayanya yang pernah
saya saksikan. Karena mulai dari tata panggung, lighting, ilustrasi
musik, make up, serta kemampuan aktor sendiri betul-betul tergarap.
Meskipun masih ada kelemahan dari teknis penampilan, volume soundnya
kebesaran, lightingnya beberapa kali lepas control dan vokal yang belum
mampu mengimbangi 800-an penonton dalam satu kali penampilan. Banyak
penonton kurang memahami kekurangan pertunjukannya karena mereka memang
awam, hanya masalah vokal dalam beberapa dialog yang banyak di keluhkan,
karena tertutup suara musik pengiringnya. Sepertinya bagi penonton,
kedua tokoh Nyanyian Angsa itu menjadi penentu dalam pementasan itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Namun
secara keseluruhan Teater Gendhing mampu menyuguhkan pertunjukan yang
cukup fantastik bagi masyarakat pelajar, mahasiswa dan guru di Kota
Muara Enim. Sebuah tontonan yang unik dan baru mereka kenal, sehingga
mereka antusias serta takjub. Beberapa anak SD setelah keluar dari
gedung pertunjukan mengatakan pada temannya, “wah seru ya!” entah apa
yang mereka rasakan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilustrasi
musik yang mempengaruhi emosi penonton, dan mengatur ritme pementasan
digawangi Rizal (gitar), Dodi (keyboard), Nando (bass), Titin (gong),
dan Adita (jimbe). Karena drama musikal maka musik sangat dominan dalam
pertunjukan ini. Mereka cukup mahir dalam memainkan alat sehingga sejuk
didengar dan penonton ikut menghentakkan kakinya ketika musik Blues
mengiringi nyanyian yang dibawakan Nikituskha dan Svietlovidoff .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b>Ribuan Penonton</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ribuan
pelajar dan mahasiswa Muaraenim memadati Gedung Kesenian Putri Dayang
Rindu, yang didominasi anak perempuan hampir 90 persennya. Menakjubkan.
Ada ibu-ibu membawa anak-anaknya perempuan yang masih balita, mereka
duduk di kursi sabar menunggu pintu masuk dibuka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ya,
menakjubkan sebab saya membayangkan anak-anak perempuan itu nantinya
akan menceritakan kepada anaknya kelak, “Nak dulu ibu pernah menonton
naskah drama Nyanyian Angsa karya Anton Chekov yang disutradarai Fikri
Ms. Orang Muara Enim, ya asli Orang Muara Enim. Menyenangkan, menarik,
kali itulah ibu pertama menonton pertunjukan teater. Dan kata nenek dulu
tidak pernah ada yang namanya pertunjukan teater seperti yang digelar
kelompok Teater Gending. Nah jadi kamu boleh menonton pertunjukan
teater, itu bagus sekali. Atau kamu coba menjadi aktor dari pementasan
drama itu. Ibu sangat bersyukur, kalau kamu senang dengan seni, karena
seni itu indah nak,” kata seorang anak perempuan yang kelak menjadi ibu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Demikian
juga seorang anak perempuan lainnya yang kelak menjadi ibu mengatakan
pengalaman menonton Teater Gendhing pada anaknya, “Waktu itu ibu
menonton sama kawan-kawan ibu di gedung kesenian sesama anak sekolah,
ibu juga ketemu dengan kawan-kawan ibu yang dari sekolah lain. Masuknya
dorong-dorongan, waktu itu beli tiket harganya cuma Rp3000. Murahkan?
Pulangnya ibu bercerita sama nenek bagaimana Nyanyian Angsa karya anton
Chekov yang dimainkan Kak David sama Kak Novan. Begitu mempesona.
Rasanya ibu pengen sekali berkenalan dengan para pemainnya dan kru dari
Teater Gendhing ini apalagi sama sutradaranya. Tapi ibu malu, masih
terlalu kecil. Waktu itu ibu kelas 3 SD umur ibu kira-kira 9 tahun.”
Itulah sekelumit harapan saya dari sebuah pertunjukan Nyanyian Angsa
oleh Teater Gendhing. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masyarakat
Muaraenim bersahabat dengan dunia teater, karena kota ini sangat
potensial terhadap perkembangan seni. Kalau pertunjukan perdana sudah
ditonton 3000 orang maka ke depan bisa lebih dari 5000 orang. “Sebuah
pintu yang besar ini tidak bisa oleh satu dua orang untuk membukanya
tetapi harus sama-sama. Pintu itu kini sudah terbuka, kita sudah pegang
kuncinya. Bagaimana supaya pintu itu tidak rusak. Gerbang itu barusan
saja kita buka. Apa yang ada dihadapan kita ketika pintu itu sudah
terbuka kita harus siap menghadapinya,” ungkap Fikri Ms di hadapan 23
kru Nyanyian Angsa sesaat sebelum pementasan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b>Teater Gendhing Aset Daerah</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mereka
yang tergabung dalam Komunitas Gendhing cukup sabar, serta telaten
menyusun rencana untuk memecah kesunyian kota dari hiruk–pikuknya
kekakuan dengan hangatnya kesenian. Mereka siap menghidupkan atmosfir
berkesenian dan membangunkan semangat berkesenian yang telah lama tidur
di Kota Muaraenim.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak
mudah membangun sebuah komunitas yang solid, apresiatif dan kreatif
seperti yang dilakukan Komunitas Gending. Inilah yang menjadi pelajaran
berharga dari sebuah komunitas. Mereka selalu menyandang daerahnya di
mana komunitas itu berkembang dan bersemi berkarya. Selayaknya mereka
mendapatkan bantuan moril dan materil dari pemerintah daerahnya. Supaya
lebih berkembang dan membawa harum daerahnya. Komunitas Gending menjadi
sebuah inspirasi bagi siapapun dalam membangun sebuah komunitas atau
entitas berkesenian di daerah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Fikri
Ms bersama kawan-kawannya mendirikan Komunitas Gendhing pada tanggal 18
Agustus 2008 nama Gendhing disepakatinya sebagai wadah yang menampung
dan mengembangkan bakat bagi para pemuda dan pelajar di Muara Enim.
Beberapa aktifitas yang pernah digelar dan diikutinya diantaranya pentas
teatrikal di tugu Monumen Daerah (MONDERA) bertepatan dengan hari jadi
kabupaten Muara Enim, 25 November 2008, pentas Musikalisasi puisi,
refleksi Bulan Chairil Anwar dan Hari Pendidikan (April-Mei 2009) dalam
Pekan Budaya I di Gedung Kesenian Putri Dayang Rindu M. Enim, Oktober
2009 diundang dalam Mimbar Teater Indonesia (MTI) I di Taman Budaya
Surakarta (TBS) Solo, Magang Teater di Jombang, Jawa Timur (Januari
2010). Kini Komunitas Gending itu mengubah namanya menjadi Sanggar
Teater Gendhing (STG).</span></div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-72281964762153745412012-02-19T04:18:00.000-08:002012-02-19T04:18:49.905-08:00Festival Musik dan Tari Kreasi Berbasis Tradisi se-Sulawesi Tengah 2012<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sanggar Seni Salibow dalam Waktu dekat ini akan mengadakan
kegiatan Festival Musik dan Tari Kreasi Berbasis Tradisi se-Sulawesi Tengah 2012. Hal ini merupakan suatu bentuk kegelisahan dari
anak anak daerah ini untuk terus Melestarikan Dan Mengembangkan bentuk , spirit , Seni budaya
daerah. Usaha ini
sebuah Langkah yang baik untuk menularkan “Trend Lokalitas” sebagai Proses
mempelajari<span style="mso-spacerun: yes;"> , </span>memahami <span style="mso-spacerun: yes;">,</span> menggali Serta mengembangkan kekayaan Seni Budaya Daerah kita. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun
Rencana pelaksanaannya yakni pada bulan April 2012 bertempat di Taman Budaya Sulawesi Tengah dengan
Mengangkat Tema tentang “ Lingkungan” .</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kamai Mo !!!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Berikut Salah satu Publikasi tentang kegiatan Tersebut :</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOEg25RchZ3QhRJ2KgUOKNHKynIflh9ju760HXek-Jolr9ISZdk3UtvEsmHw-k9Z3U-3r-PiCbndoo8M6bZmQaUzH-D_Ng5U3IHLMzwB1HjoKYPJ2zkRdottTDEF8NntmGspKtWdFrijI/s1600/401428_2243686031146_1817984851_1358912_92202333_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOEg25RchZ3QhRJ2KgUOKNHKynIflh9ju760HXek-Jolr9ISZdk3UtvEsmHw-k9Z3U-3r-PiCbndoo8M6bZmQaUzH-D_Ng5U3IHLMzwB1HjoKYPJ2zkRdottTDEF8NntmGspKtWdFrijI/s1600/401428_2243686031146_1817984851_1358912_92202333_n.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-71608730474415095862012-02-19T03:57:00.000-08:002012-02-19T03:57:51.148-08:00FESTIVAL MONOLOG KENTHOET ROEJITO<h3 class="post-title entry-title">
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://komunitastanggulbudaya.files.wordpress.com/2012/02/fesmon.jpg"><img alt="" class="alignnone size-medium wp-image-7" height="400" src="http://komunitastanggulbudaya.files.wordpress.com/2012/02/fesmon.jpg?w=227&h=300" title="Fesmon" width="302" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=981990756736866304" name="more"></a><b></b><br />
<a name='more'></a><b>Petunjuk Teknis</b><br />
<b>Festival Monolog Kenthoet Roejito</b><br />
<b>Komunitas Tanggul Budaya</b></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Komunitas Tanggul Budaya (KTB)
merupakan sebuah komunitas yang bersusah sungguh menahan arus deras
kebudayaan dengan metode, cara dan kerangka berpikir ala (KTB) sendiri.
Berbagai persoalan kebudayaan menjadi bahan pemikiran dan obrolan yang
coba kami angkat ke dalam diskusi-diskusi di malammalam sunyi kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah kata “monolog” coba kami
bidik dalam nada dasar diskusi di suatu malam. Berbagai pertanyaan
muncul, antara lain: kenapa tidak muncul actor maupun aktris muda yang
mempunyai kapasitas aktor/aktris menasional di negeri ini? Siapakah
aktor/aktris itu? Apakah perlu Komunitas Tanggul Budaya (KTB) menjadi
wadah memunculkan aktor/aktris itu? Apakah perlu (KTB) menjadi jembatan
ajang silaturahmi antarteater se-Nusantara? Berbagai hal yang bermacam
ragam muncul dalam diskusi malam itu, persoalan yang barangkali menjadi
pikiran dan persoalan dari kantong-kantong kesenian Anda pula?</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa harus monolog? Yha,
persoalan itu kami jawab secara singkat seperti ini, kami beranggapan
bahwa monolog menjadi pilihan paling efektif dari laku peristiwa
teatrikal, baik secara kuantitas maupun kekuatan aktor/aktris dalam
pertunjukan pementasannya. Dari berbagai persoalan itulah, kami mencoba
memberi ruang dan wadah silaturahmi bagi para praktisi monolog maupun
kelompok teater se-Nusantara untuk mementaskan naskah-naskah lakon
monolognya di tempat kami. Dan menyambungkan berbagai simpul jejaring
komunitas teater se- Nusantara dan menjawab berbagai pertanyaan tentang
kegelisahan even yang tidak hanya sebagai ajang proyek tetapi menjadi
persinggungan ide lintas generasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemunculan niatan ini akan membuat
ruang pertemuan antarkelompok teater di tiap-tiap daerah. Akhirnya
ketika konsep ini kami tawarkan kepada para seniman teater, Butet
Kertarajasa menyambut baik, sekaligus memberikan subsidi bagi
terlaksananya even ini. Beberapa seniman yang akan terlibat dengan
peristiwa monolog ini, antara lain sebagai berikut.</div>
<ul>
<li style="text-align: left;">Ki Slamet Gundono (Dalang wayang suket dari Surakarta) sebagai Juri.</li>
<li>Wahyu Cunong (Kelompok tari Sahita dari Surakarta) sebagai Juri.</li>
<li>Yusril Katil (Teater Hitam Putih, Padang Panjang) sebagai Juri.</li>
<li>Yanusa (Teater Tetas, Jakarta) sebagai komentator.</li>
<li>Shinta Febriany (Teater KALA, Makasar) sebagai komentator.</li>
<li>Dody Yan Masfa (Teater Tobong, Surabaya) sebagai komentator.</li>
<li>Abuy Asmarandana (Yogyakarta) sebagai komentator.</li>
<li>Irwan Jamal (Teater Pictorial, Bandung) sebagai komentator dan penutup acara</li>
<li>Toni Broer (Bandung) sebagai pemberi workshop.</li>
<li>Helmi Prasetyo (Teater Ruang Surakarta) pemberi workshop.</li>
<li>Joko Bibit Santosa (Teater Ruang, Surakarta) tokoh di balik layar</li>
<li>Butet Kertarajasa (Seniman, Yogyakarta) sebagai pemberi infak budaya
dan inspektur Upacara Bendera ala teater dalam pada pembukaan workshop
Fesmon Kenthoet Roejito.</li>
<li>Seniman-seniman teater muda se-Nusantara.</li>
</ul>
<div style="text-align: left;">
Seleksi Pendaftaran</div>
<ol>
<li>Pada tanggal 7 Februari s.d. 28 April 2012 peserta diwajibkan mengirimkan:</li>
<li>Uang pendaftaran Rp25.000,- dikirim ke rekening BCA:153.0361.256 atas nama D. Helmi Prasetyo.</li>
<li>Menyertakan copian bukti transfer uang pendaftaran sebesar Rp25.000,- dari Bank BCA.</li>
<li>Menyerahkan formulir pendaftaran yang sudah diisi lengkap.</li>
<li>Menyerahkan biodata peserta dan kru maksimal 5 orang sudah termasuk pemain.</li>
<li>Menyerahkan naskah (karya sendiri/orang lain) dan sinopsis.</li>
<li>Menyerahkan bentuk konsep dan Ide penggarapan. Diketik dengan font Time New Roman ukuran 12 spasi 1.5.</li>
<li>Dokumentasi pementasan yang pernah dipentaskan oleh peserta, baik
naskah sendiri atau orang lain diprioritaskan naskah monolog (video
pertunjukan yg sudah dikepingkan dalam bentuk CD, resensi pementasan
yang pernah dimuat di media massa).</li>
<li>Tulisan sendiri mengenai pandangan monolog di masa yang akan datang.
Diketik dengan font Time New Roman ukuran 12 spasi 1.5. 9. Point 2 s.d 8
dikirim via pos dialamatkan ke Jl.Tejomoyo no 31 RT 03/RW 07 Kalurahan
Danukusuman, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Paling lambat tanggal 28
April 2012 cap pos.</li>
</ol>
Pengumuman Seleksi pada Tanggal 25 Mei 2012<br />
Pengumuman hasil seleksi akan diumumkan lewat email masing-masing
peserta seleksi, dan info bisa dilihat via pamlet yang akan kami bikin
di jejaring sosial.<br />
Peserta yang Lolos Seleksi diwajibkan mengirimkan:<br />
<ol>
<li>Biaya keikutsertaan sebesar Rp200.000,- dikirim ke rekening BCA:153.0361.256 atas nama D. Helmi Prasetyo</li>
<li>Menyertakan copian bukti transfer keikutsertaan sebesar Rp200.000,- dari Bank BCA</li>
<li>Menyertakan copian bukti transfer biaya tambahan untuk konsumsi per
orang :@Rp120.000/orang selama 4 hari. (Keterangan: biaya konsumsi
disesuaikan dengan jumlah daftar krunya. Jika daftar kru 4 orang
berarti: 4 orang x 120.000 : Rp480.000.)</li>
<li>Menyerahkan biodata peserta dan kru maksimal 5 orang sudah termasuk pemain.</li>
<li>Registrasi peserta lolos seleksi tanggal 4 Juli 2012 pukul 08.00-10.00 WIB.</li>
</ol>
Dengan ketentuan:<br />
<ul>
<li>Menunjukkan surat bukti lolos seleksi dari panitia.</li>
<li>Mengembalikan formulir pilihan panggung, skema panggung dan lampu.</li>
<li>Menunjukkan bukti transfer asli pendaftaran dan konsumsi.</li>
</ul>
Fasilitas bagi Peserta<br />
<ul>
<li>Semua Peserta Festival Monolog akan mendapatkan penghargaan militansi teater dari Komunitas Tanggul Budaya dan Teater Ruang.</li>
<li>Peserta mementaskan monolog sekali pentas.</li>
<li>Makan selama 4 hari.</li>
<li>Workshop teater dari Toni Broer Bandung dan Helmi Prasetyo Surakarta.</li>
<li>Panitia menyediakan akomodasi sederhana dari tanggal 4 s.d. 7 Juli 2012.</li>
<li>Fasilitas MCK sederhana.</li>
<li>Bagi pementas yang menonjol akan mendapatkan penghargaan dari Butet Kertarajasa.</li>
<li>Tempat istirahat yang sederhana.</li>
<li>Mohon maaf, panitia tidak menyediakan sound system bagi peserta fesmon.</li>
</ul>
Sumber : http://komunitastanggulbudaya.wordpress.com/2012/02/08/festifal-monolog-kenthoet-roejitoalikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-26967823739365775172012-02-17T03:33:00.000-08:002012-02-17T03:44:45.837-08:00“ Taiganja Di Ebay (Market Online) ”<div style="text-align: justify;">
<i>Terjemahan : AK</i><br />
<br />
Kuningan Antik dan Langkah Suku Kaili<br />
Koleksi Agustus ~ Ca. Ke-19 Cent. AD / Sulawesi Tengah / Indonesia , Item #: 40 2186</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSjwjt9agBvG-t6fsh6UGyMCGEZv-nwmqmWrDAhK5NWE71x5u-__0NQ0ZWL1OZPvbf2ul6tmKWCbZ3HUcxIbptEyFed8oUzns-5HgqU1Z5XanbmT4zEhNyYNlEePFsQp7CaXAJEEadkSY/s1600/1_1afa5f1d85882ab2f8722896162f40c8.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSjwjt9agBvG-t6fsh6UGyMCGEZv-nwmqmWrDAhK5NWE71x5u-__0NQ0ZWL1OZPvbf2ul6tmKWCbZ3HUcxIbptEyFed8oUzns-5HgqU1Z5XanbmT4zEhNyYNlEePFsQp7CaXAJEEadkSY/s320/1_1afa5f1d85882ab2f8722896162f40c8.jpg" width="301" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis : <br />
Sebuah kuningan asli, liontin taiganja antik Dari Sulawesi Tengah, Palu, Kaili, Panona, Kulawi, Danau Poso masyarakat / Indonesia. Manik-manik Ini mungkin lebih tua dan asli dari perdagangan timur Tengah.<br />
Asal : <br />
Sulawesi Tengah (Celebes) / Indonesia<br />
Usia : <br />
ca. akhir ke-19 Cent. AD<br />
Berat : <br />
ca. 103,44 gram<br />
Ukuran liontin : <br />
Panjang / tinggi = ca. 6,06 cm = 2,38 inci<br />
Width = ca. 4,79 cm = 1,88 inci<br />
Kedalaman = ca. 1,46 cm</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a>Ukuran kalung : <br />
Manik-manik adalah berbagai macam dari ca. 5,2 mm sampai 11,6 mm diameter.<br />
Panjang dari kalung (bagian manik) adalah 55 cm = 21,65 inci<br />
<br />
Kondisi : <br />
Sangat Baik Tidak ada kerusakan dan tidak ada perbaikan. Usia yang didapat tidak tersentuh dan asli.<br />
Korosi dan keausan permukaan yang diharapkan adalah konsekuensi dari usia dan digunakan. Liontin dan manik-manik masih tegang dengan string asli.<br />
<br />
Rincian :<br />
Liontin kuningan berat dalam bentuk oval dasar terbuka dengan hiasan lengkung di bagian atas dan dua sisi, yang berasal dari Sulawesi Tengah disebut Taiganja. <br />
<br />
Bentuk :<br />
Bagian dalam oval terbuka yang dihiasi dengan bola kecil dan desain yang mewakili nasi matang: desain melengkung ke atas dalam lembaran adalah tanduk kerbau, menurut beberapa sumber (interpretasi taiganja) motif bervariasi banyak dari daerah ke daerah di bagian Sulawesi). <br />
<br />
Motif desain Taiganja dikatakan untuk merayakan kesuburan, kemakmuran, dan kekebalan dari kemalangan. Menurut museum nasional di Palu, taiganja memiliki berbagai fungsi: liontin ritual Hias, dikenakan oleh gadis-gadis di ikat kepala bagi remaja upacara mereka ritus-of-bagian; ornamen bagi seorang wanita bangsawan di pesisir Islamisasi tua raja-kapal dekat Palu; hadiah untuk memulai negosiasi untuk pembayaran kekayaan pengantin. Ini menggunakan dan interpretasi tampaknya berbeda-beda menurut kelas sosial di bagian Tengah Barat Sulawesi ,liontin ditemukan dalam jumlah yang banyak. Rumah Nobel di pesisir raja-kapal sering memiliki taiganja luar biasa sebagai bagian dari asasi (sifat Dasar) mereka, harta rumah warisan. Taiganja telah dipertimbangkan memiliki kekuatan suci, mereka harus ditempatkan secara aman di peti harta khusus, jauh di dalam rumah.hanya dipakai Pada acara-acara ritual mereka seperti ritual seperti pernikahan, taiganja dipakai sebagai liontin, seperti rantai emas atau kalung koin emas. Menurut beberapa informasi 1963, taiganja tidak lagi dibuat. Mereka tampaknya telah menjadi bagian dari tembaga dan kuningan tua = pekerja industri berpusat di Barat Sulawesi Tengah yang menghasilkan taiganja, sanggori, dan tau-tau patung-patung manusia. <br />
<br />
Bibliografi<br />
- POWER dan GOLD, Perhiasan dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina dari Koleksi dari Barbier-Mueller Museum, Jenewa, Susan Rodgers, Pierre-Alain Ferrazzini, Prestel-Verlag 1988.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Berbagai Foto Taiganja :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://api.ning.com/files/mpIVZIATRod*-yIxJ5jPxUlL4jttm56y8gCaz*P3YdmQ5jAk3w5pbfg034mspXAYeVNglBUtFmlLC60ylDTwYGddmII2RTeN/LargeEthnicOrnament151.jpg?width=484&height=600" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://api.ning.com/files/mpIVZIATRod*-yIxJ5jPxUlL4jttm56y8gCaz*P3YdmQ5jAk3w5pbfg034mspXAYeVNglBUtFmlLC60ylDTwYGddmII2RTeN/LargeEthnicOrnament151.jpg?width=484&height=600" width="258" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><span class="" id="dtx-highlighting-item">K</span></span><span class="hps">onotasi</span> <span class="hps">kesuburan,</span> <span class="hps">paduan</span> <span class="hps">emas</span> , Sulawesi , <span class="hps">abad ke-19</span> <span class="hps">atau sebelumnya</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://images.metmuseum.org/CRDImages/ao/web-large/TR.187.1.2011.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="282" src="http://images.metmuseum.org/CRDImages/ao/web-large/TR.187.1.2011.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terdapat Di " The Metropolitan Museum Of Art</td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="short_text" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span><span class="hps"></span><span class=""> </span></span><br />
</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://api.ning.com/files/kg6HCFiE7qZEvgI3fkg5E9n053*rzUF9YIwYpIsrYdTiuck8hZ89RAV09lMiw8ipIRaSzDdW5YAFFr9e8vZ2XSWsBgDhuGg5/LargeEthnicOrnament61.jpg?width=122&height=139" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://api.ning.com/files/kg6HCFiE7qZEvgI3fkg5E9n053*rzUF9YIwYpIsrYdTiuck8hZ89RAV09lMiw8ipIRaSzDdW5YAFFr9e8vZ2XSWsBgDhuGg5/LargeEthnicOrnament61.jpg?width=529&height=600" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://api.ning.com/files/kg6HCFiE7qZEvgI3fkg5E9n053*rzUF9YIwYpIsrYdTiuck8hZ89RAV09lMiw8ipIRaSzDdW5YAFFr9e8vZ2XSWsBgDhuGg5/LargeEthnicOrnament61.jpg?width=529&height=600" width="282" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">konotasi</span> <span class="hps">kesuburan,</span> <span class="hps">paduan</span> <span class="hps">tembaga,</span> <span class="hps">Sulawesi,</span> <span class="hps">abad ke-19</span> <span class="hps">atau sebelumnya</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://www.markajohnson.com/2009/February%2009/Special%20Exhibition/segalleryrow56/TG4.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://www.markajohnson.com/2009/February%2009/Special%20Exhibition/segalleryrow56/TG4.JPG" width="252" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Amulet</span> <span class="hps atn">(</span><span class="">Tai</span> <span class="hps">Ganja</span>). <span class="hps">Kuningan.</span> <span class="hps">Abad </span><span class="hps">19 sampai</span> <span class="hps">awal abad 20.</span> <span class="hps">Pulau Sulawesi</span><span class="">, Indonesia.</span><br /> <span class="hps">Dipakai sebagai</span> <span class="hps">jimat</span> <span class="hps">pelindung,</span> <span class="hps">dijahit</span> <span class="hps">pada pakaian</span> <span class="hps">dan topi</span> <span class="hps">dan sering</span> <span class="hps">mewakili</span> <span class="hps">burung</span> <span class="hps">atau motif</span> <span class="hps">serangga.</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuQgCNwv48FMz9AyqJyoTrr8fvHiNK8VlgP4fxQR04dZMeLX10X5FZZMEjTCPuRpftYOKiktNsSEECi55iunpJbj7qwfkxCGjLsPBT_o1-AGOpe03w7R9RE_9055WnITIz3oiOwmbgZ3Q/s1600/$%28KGrHqJHJCYE8fdfRwIzBPKgYEPJ3%21%7E%7E60_12.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuQgCNwv48FMz9AyqJyoTrr8fvHiNK8VlgP4fxQR04dZMeLX10X5FZZMEjTCPuRpftYOKiktNsSEECi55iunpJbj7qwfkxCGjLsPBT_o1-AGOpe03w7R9RE_9055WnITIz3oiOwmbgZ3Q/s400/$%28KGrHqJHJCYE8fdfRwIzBPKgYEPJ3%21%7E%7E60_12.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bronze pendant taiganja, Kulawi, Sulawesi, Indonesia early 20th century , length 6 cm, weight 45 gr.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-43874623822431676622012-02-17T00:43:00.000-08:002012-02-17T00:43:54.086-08:00" TOMANURUNG DI TANAH LUWU "<h2>
</h2>
<small class="date">
<span class="date_day"></span><span class="date_year"></span>
</small>
<em><strong>Oleh Nawawi S. Kilat </strong></em><br />
<div style="text-align: justify;">
Sebahagian orang kadang mengungkapkan
bahwa, To Manurung sering diartikan sebagai turunan dari kayangan dan
ditakdirkan untuk memerintah manusia dimuka bumi. Tidak sedikit orang
mengungkapkan bahwa To Manurung itu bukanlah manusia sejarah, atau hanya
merupakan mitos belaka, akan tetapi penulis lontara dan para petutur di
zanan luwu purba di Wotu ketika itu masih terletak disekitar ussu dan
bilassa lamoa (kebun dewata) mengungkapkan bahwa raja pertama disebut To
Manuru , hal ini disebabkan oleh karena tidak diketahui darimana
kedatangannya demikian pula menghilangnya. Jadi sebenarnya oleh
masyarakatnya dia dianggap sebagai manusia surgawi atau wija polamoa
(berbeda dengan tradisi-tradisi jawa) tetapi diakui sebagai orang yang
datang dan mempunyai kepintaran dan keahlian. Seorang To Manurung
(orang Asing) kadang diangkat sebagai raja (belum tentu raja pertama)
oleh karena beberapa alasan antara lain:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a>a, Mungkin sebagai daerah bawahan dari suatu kerajaan yang lebih besar.<br />
<div style="text-align: justify;">
b. Karena kehebatan dari pribadi sang pendatang.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Karena alasan politik untuk mempersatukan wilayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-22"></span>Dapat
disimpulkan bahwa nama ToManurung adalah sebenarnya gelaran yang
diberikan kemudian oleh turunan dan masyarakatmya pada seorang tokoh
sejarah dari suatu kerajaan yang kadangkala di mitoskan sebagai turunan
dari kayangan. Pada umumnya orang sulawesi utamanya orang Luwu mempunyai
silsilah baik tertulis maupun tidak yang dihapalkan secara turun
temurun.Biasanya pada pertemuan-pertemuan keluarga atau antar keluarga,
unpamanya dalam peristiwa peminangan atau pesta-pesta, ungkapan silsilah
saling dicocokan kembali oleh para pengatur masyarakat atau para ahli
silsilah. Dengan cara-cara ini kebenaran silsilah dapat dipertahankan.
Disamping itu silsilah-silsilah masih terdapat cerita-cerita rakyat yang
disebut Sinrilli atau Tolo. Kedua duanya adalah cerita-cerita
kepahlawanan dan peperangan yang pernah terjadi. Sinrilli dan tolo
adalah cerita fakta manusiawi yang bebas dari campur tangan tokoh-tokoh
kayangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>TEMPAT TO MANURUNG TANAH LUWU</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari cerita tentang To Manurung, bagi
masyarakat Sulawesi Selatan dan Tenggara telah banyak ditulis, baik
penulis penulis sejarah dalam negeri naupun luar negeri utama nya
Belanda, dan terakhir sastrawan negeri jiran Arenawati yaitu “ Silsilah
Kerajaan Bugis dan Melayu” dimana disebutkan, raja raja nusantara dan
semenanjung berasal dari Luwu Sulawesi Selatan yaitu keturunan dari La
Maddusala (ejaan malayu La Maddusalat) antara lain hampir seluruh
kerajaan disemananjung Malaysia dan Nusantara. Sebagaimana umumnya
orang mengeketahui bahwa kedatuan Luwu atau kerajaan Luwu memiliki
sejarah yang sangat panjang, luas wilayah, sisten pemerintahan,asal
muasal darimana berasal pangkal awalnya sang tokoh (To Manurung) masih
terjadi perdebatan panjang dan tidak pernah selesai. Nomenklatur “Luwu”
atau Luwuq belum ada kesepakatan, tetapi secara pasti oleh orang Wotu
tempat muasal sang tokoh menyebut Luwu sebagai Luwo yang berasal dari
kata “LU” yang berarti sangat luas hal ini dapat dibuktikan bahwa luas
wilayah Luwu purba memang sangat luas, terdampar hampir seluruh daratan
sulawesi. Suatu hal yang sulit terbantahkan dan hampir telah menjadi
kesepakatan bahwa To Manurung Tanah Luwu adalah Sawerigading. Orang Luwu
percaya ia turun kedunia dianggap membawa rahmat bagi keselamatan
kemakmuran dan kesejahteraan. Hanya kadang sangat disayangkan dan sering
terjadi silang pendapat utamanya para etnis yang ada di Luwu ada yang
terang terangan mengklaim bahwa dirinya atau clennya yang yang pewaris
luwu atau wija sawerigading sementara yang lain adalah tidak sehingga
kelompoknya yang berhak berbicara tentang Luwu dan kelompok lain tidak
utamanya tentang adat istiadat., padahal bila kita mau mengkajinya
secara obyektif mereka semua keturunan atau wija asselinna Luwu, tidak
ada yang dapat mengklaim kelompoknya yang wija to Luwu asli karena yang
membedakannya adalah fase atau waktu saja, hal ini dapat dilihat dari
sudut dimana dan kapan Ware (pusat penerintahan kerajaan Luwu berpusat)
dalan catatan sejarah dapat memberikan kepada kita gambaran masa dimana
Ware Pertama sampai Ware Kelima.,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1.Ware.Pertama</strong>. Dimulai
pada akhir abad ke IX dan memasuki abad keX masehi sampai pada abad ke
XIII, dikenal sebagai fase Luwu purba berlangsung kurang lebih 300 tahun
lamanya. Pusat kerajaan (Ware) masih di sekitar Wotu lama sampai
runtuhnya kerajaan luwu pertama, Wotu lama sebagian pindah Wotu
sekarang, sebagian pindah atau hijrah orang Wotu menyebutmya cerrea
(orang bugis menyebutnya cerekang) dan sebagian menetap disekitar
lampia. Kota Malili belum dikenal karena nanti disekitar abad ke XIII
barulah ada yaitu pada saat datangnya orang bugis diLuwu.Sebagian
penduduk masih menetap dan sebagian lagi mengikuti Datu atau Raja Luwu
Anakaji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2.Ware Kedua</strong>. Dimulai
pada abad ke XIV masehi ware (pusat penerintahan) berada di Mancapai ,
dekat Lelewaru diselatan Danau Towuti pada masa pemerintahan Raja
Anakaji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>3.Ware Ketiga</strong> Dimulai
disekitar abad ke XV Masehi. Ware (pusat kerajaan) berada di Kamanre,
ditepi Sungai Noling sekitar 50 km selatan Kota Palopo Rajanya dikenal;
sebagai Dewaraja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>4. Ware Keempat</strong> Dimulai
pada abad ke XVI Masehi pusat kedatuan Luwu (ware) di pindahkan ke Pao,
di Pattimang Malangke dan disini peristiwa besar tercatat yaitu masuknya
agama Islam di tanah Luwu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>5. Ware Kelima</strong> Dimulai ketika memasuki abad ke XVII Malangke menjadi surut sehingga Ware berpindah ke Palopo sampai dengan sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita menyimak catatan perjalanan
ware diatas, maka tidak ada satu kelompokpun yang dapat mengklaim
dirinya sebagai peduduk asli Luwu dan berhak menyebut alenami
tomatase”na Luwu karena semua suku bangsa berdasarkan adat Luwu adalah
penduduk asli Luwu dan berkewajiban mematuhi siapapun yang menjadi Datu
ri Luwu. Orang Wotu termasuk Pamona,To padoe (mori) dan Tolaki tidak
bisa dipungkiri sebagai penduduk luwu purba abad X, tidak bisa juga
mengklaim bahwa dialah penduduk asli Luwu. Walaupun diakui bahwa mereka
adalah pewaris Macoa.Orang Palopo dan sekitarnya tidak dapat juga
mengklaim bahwa hanya merekalah peduduk asli Luwu walaupun mereka
memangku jabatan adat pada masa ware terakhir sampai sekarang,
disisilain tidak dapat pula dikesampingkan peran pada masa ware
kedua,ketiga dan keempat, semua memiliki peran yang sama, hanya waktulah
yang membedakannya.semuanya keturunan para tomanurung,…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em><strong>( Penulis adalah wakil Ketua Kerukunan Keluarga Luwu Raya Sulawesi Tengah</strong>)</em></div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-57139699016079782722012-02-17T00:31:00.000-08:002012-02-17T09:03:43.669-08:00UWENTIRA " Kota misterius di Sulawesi Tengah "<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_550" style="width: 210px;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://wijasalawa.files.wordpress.com/2012/01/wentira2.jpg?w=640" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" class="size-full wp-image-550" src="http://wijasalawa.files.wordpress.com/2012/01/wentira2.jpg?w=640" title="wentira2" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gerbang Uwentira</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<b>Wentira atau Uwentira,</b> merupakan nama sebuah kota
misterius yang terletak di Sulawesi Tengah. Wentira bagi anda yang bukan
warga asli Sulawesi tengah memang asing di dengar, di sini saya akan
mencoba ceritakan kepada pembaca tentang kehidupan di alam wentira yang
kalau di lihat dengan mata biasa hanyalah sebuah tikungan tajam yang
merupakan jembatan, tugu dan sebuah pondok peristrahatan di pinggir
jalannya. Akan tetapi bagi mereka yang sudah pernah masuk ke wilayah
Uwentira, kota ini bagaikan kota termodern di dunia bahakan dianalogikan
seperti Kota Paris di Perancis. Wentira ini terdapat di Kebun Kopi
(lintas Trans-Sulawesi) Jl poros tawaeli – Toboli. Menurut keyakinan
masyarakat setempat, yang disebut kawasan Wentira atau Uwentira adalah
wilayah yang sekarang dikenal sebagai kawasan kebun kopi, di jalan Trans
Sulawesi poros Sulawesi Selatan – Sulawesi Tengah. Di sekitar sana
tidak ada pemukiman penduduk hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi
berwarna keputih-putihan ditandai dengan sebuah jembatan yang konon
hanya orang yang mampu melihat hal-hal gaib-lah yang bisa melihat kalau
ternyata jembatan itu juga merupakan pintu gerbang untuk masuk ke
Kerajaan mistis Uwentira.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Tugu Uwentira" class="size-full wp-image-551" src="http://wijasalawa.files.wordpress.com/2012/01/wentira-1.jpg?w=640" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" title="wentira 1" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tugu Uwentira</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Menurut orang Kaili (Suku asli di Sulteng) di jalan poros Tawaeli –
Toboli tersebut ada satu jembatan yang sangat tua usianya. Konon
katanya, masih buatan Belanda. Di sampingnya ada satu jembatan jembatan
beton yang digunakan konon tahun 1980-an setiap kendaraan yg lewat wajib
memberi kode lampu atau setidaknya klakson sebagai tanda permisi mau
lewat. Hal tersebut dilakukan menurut warga setempat adalah sebagai
tanda izin atau permisi untuk melewati gerbang kota uwentira tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kawasan Uwentira yang terletak di Kebun Kopi ini dikenal cukup berat,
menanjak dengan kemiringan tajam. Belum lagi sering terjadi longsor.
Jembatan tua itu masih ada hingga kini, dan bahkan sekarang ada sebuah
tugu berwarna kuning bertuliskan NGAPA UWENTIRA. Ngapa dalam bahasa
Kaili berarti Kampung, Negeri atau Kota. Uwentira berarti tidak kasat
mata. Jadi NGAPA UWENTIA berarti Kota UWENTIRA.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-549"></span></div>
<div class="wp-caption alignright" id="attachment_551" style="width: 210px;">
<div class="wp-caption-text">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana ciri-ciri fisik warga Uwentira, apakah bedanya dengan
manusia seperti kita? Mungkin inilah pertanyaan yang muncul di benak
pembaca, baiklah saya akan mengupas satu persatu misteri Uwentira ini.</div>
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_552" style="width: 210px;">
<div class="wp-caption-text">
Gambaran Kota uwentira</div>
<div class="wp-caption-text">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://wijasalawa.files.wordpress.com/2012/01/uwentira3.jpg?w=640" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="size-full wp-image-552" src="http://wijasalawa.files.wordpress.com/2012/01/uwentira3.jpg?w=640" title="uwentira3" /></a>Kisah Wentira : Kisah berikut agaknya sejalan dengan cerita yang saya
dapatkan dari beberapa sumber di Palu maupun di luar Palu. Warga
Uwentira tidak punya garis pemisah diatas tengah bibir, seperti layaknya
manusia normal. Kota Uwentira pun di dominasi oleh warna Kuning
ke-emasan baik itu gedung, kendaraan bahkan pakaian warga Uwentira di
dominasi oleh warna tersebut. Bahkan ada beberapa kalangan menyebut
Uwentira sebagai <b>“Atlantis”</b> yang hilang.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berikut kisah nyata tentang kota Uwentira, Cerita ini di angkat dari
kisah nyata Azizah seorang wanita tomboi dan ibunya yang tinggal di
Biromaru KAB.SIGI yang sedang bepergian meninggalkan kota <i>Palu</i> untuk berangkat ke kota <i>Poso</i>.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada saat itu mereka berangkat dari kota Palu menuju kota Poso pada
jam 10 malam. Di tengah perjalanan ibu Azizah ngantuk berat dan tak bisa
lagi untuk menahan rasa ngantuknya. <i>Ibu</i> Azizah berkata pada Azizah <b>“Ijah ane mamala mengelo tampa maturumo ruru kita, naroyo gagamo mataku hi eva domo mamala kutaha”</b> yang artinya <b>“Ijah kalau bisa kita cari tempat tidur saja dulu, mama sudah gantuk sekali ini sudah tidak bisa mama tahan”.</b> dan kebetulan pada saat itu Azizah sudah merasakan ngantuknya menjawab <b>iye ma “iya ma”</b>. Berselang 10 menit berjalan mengedarai motor mereka melihat sebuah <i>Rumah Makan</i> dan <i>Tempat peristrahatan yang mewah di Kota yang begitu besar dan di diami oleh ribuan bahkan jutaan penduduk.</i>
kemewahannya mengalahkan kemewahan Rumah Makan dan Tempat peristrahatan
yang pernah di kunjunginya di kota Palu dan besar kota itu seperti
besar kota yang ada di luar negeri seperti Paris, tutur Azizah dan
Ibunya. Mereka berduapun heran dan bertanya-tanya dalam hati kota apakah
ini ? dengan memberanikan diri mereka menuju ke tempat peristrahatan
itu kerana tidak tahan lagi ingin tidur. ketika mereka melangkahkan kaki
menuju tempat peristrahatan tersebut Azizah di sapa oleh seorang
aki-aki yang duduk di bawah pohon yang sangat besar (Pohon Nunu) dangan
memakai pakaian yang sangat kotor. “<i>Anda dari mana dan mau kemana nak?</i>” tanya aki. “<i>saya dan ibu dari Palu mau pergi ke Poso jenguk keluarga yang sakit !!</i> ” jawab Azizah. spontan aki itu memberikan iya nasihat, <i>Hai anak mudah janganlah kau banyak-banyak meluangkan waktumu di <span style="text-decoration: underline;">Kota</span> ini karena kota ini akan memintamu untuk tinggal di sini selamanya</i>. Azizahpun terkejut dan bertanya kepada aki tersebut, ki apa nama kota besar ini ? aki menjawab nama kota ini dalah Kota <b>UWENTIRA</b>.
setelah mendengar nama itu bulu kuduk Azizahpun merinding dan iya mulai
menengokkan kepalanya di sisi demi sisi kota wentira tersebut. Setelah
iya ingin bertanya lagi kepada aki itu di palingkannya kepalanya dan
terkejut melihat aki sudah tidak ada entah tau kemana. Iyapun berlari
kepada ibunya yang hendak baring di sofa empuk dan menarik ibunya untuk
segera pergi dari tempat itu karena setelah mendengar nasihat aki
tersebut iya paham bahwa kota ini bukan kota di alam nyata melainkan
kotanya mahluk gaib. Ibunya terkejud dan bertanya Nakuya Ijah ? (Kenapa
Ijah ?), ibunya bertanya berulang ulang kali tapi Azizah tdk menjawab 1
pun pertanyaan dari ibunya dan terus menarik ibunya untuk pergi dari
tempat itu. Sebelum mereka meninggalkan Kota besar itu Azizah memberikan
tanda denga merobek sehelai bajunya dan mengikatnya di sebuah pohon
kecil yang berada di depan pintu masuk kota tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah 2 hari di poso, merakapun pulang ke Palu. saat mereka pulang
dari Poso menuju Palu, di sepanjang perjalanan Azizah menengok kekiri
dan kekanan. Ibunya bertanya “nakuya ijah ? dako pangane iko aga ngali
hau ngali tumai kaupuna kita aga mapola ranjalu !!” artinya “ada apa
Ijah ? dari tadi kau hanya tengok sana tengok sini terakhir kita hanya
jatuh di jurang nanti !!”. tidak ma ada yang mau saya lihat di sekitaran jalan yang kita lewati
ini jawab Azizah. tak lama kemudian Azizah pun melihat kain baju yang di
ikatkannya di pohon kecil di pintu masuk kota besar tersebut 2 malam
yang lalu. dan iya terkejut ternyata keindahan kota yang mereka lihat 2
malam yang lalu hanyalah sebuah jembatan dan sebuah pondok peristrahatan
yang kecil beserta hutan dan jurang yang berada di sekelilingnya.
Iyapun hanya diam dan tidak brcerita apapun sepanjang perjalanan pulang
kepalu. Hingga kini Azizah tidak bisa melupakan kejadian yang luar biasa
dalam kehidupannya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai sekarang keanehan Uwentira tersebut masih di saksikan oleh
bebrapa orang yang belum tahu cerita tentang UWENTIRA dan masi banyak
kesaksian tentang besarnya Kota UWENTIRA.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://wijasalawa.wordpress.com/2012/01/30/misteri-kota-maya-uwentira-wentira/</div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-87976611961178925292012-02-16T14:15:00.000-08:002012-02-17T00:31:34.815-08:00Teater Api Surabaya Gelar Pertunjukan di Palu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSz5D-kF9wYf22ZOQ6HOUnA_WscNepETB8J79GCTS8064UV9-kPwCPr4A5a9cqrzJUdDPCq_1U4FVBYYM5Ea93kh-qYVLwFnwyDhmTpKpSQ70wvmV6sNMC3n3Ji-PXjopAR97ECPqlO-k/s200/Flyer.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSz5D-kF9wYf22ZOQ6HOUnA_WscNepETB8J79GCTS8064UV9-kPwCPr4A5a9cqrzJUdDPCq_1U4FVBYYM5Ea93kh-qYVLwFnwyDhmTpKpSQ70wvmV6sNMC3n3Ji-PXjopAR97ECPqlO-k/s320/Flyer.jpg" width="243" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah teater dengan judul " Brongkos " dipertunjukkan di Golni Taman Budaya Palu Sulawesi Tengah. Adalah Teater Api yang dengan apik memainkan lakon tersebut. Komunitas teater yang berdiri sejak 30 Juli 1993 ini berusaha mengangkat realitas masyarakat yang diperbudak oleh perkembangan zaman. Bahkan, Brongkos ingin menunjukkan bahwa dunia ini palsu, tidak berotak dan tidak punya nyali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Lakon tersebut Berlatar di rumah sakit jiwa. Orang-orang gila yang diperbudak oleh moderenitas. Beberapa orang menjadi manekin, yang melambangkan moderenitas itu. Ada sebuah manekin wanita yang duduk di ayunan dengan menggunakan gaun merah. Nampak anggun, namun berkuasa.<br />
Kemudian, beberapa orang memainkan lakon sebagai manusia yang tak berotak. Menuruti apa saja yang diinginkan sang sang penguasa. Ada yang mencoba memberontak, namun tak cukup mampu untuk melakukannya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Brongkos, secara umum sulit untuk diterjemahkan bagi orang awam. Luhur Kayungga sebagai sutradara mencoba menggunakan berbagai simbol yang mampu menggambarkan pesan yang ingin disampaikan. Setelah menyaksikan pertunjukan tersebut, dan kemudian mendengarkan diskusi yang dilaksanakan sesudahnya, penonton akan semakin jelas dengan maksud dari pertunjukan tersebut. Bahkan semakin merasa takjub dengan lakon yang dimainkan dalam Brongkos. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Gqw-Y9IObnOsjh-_pgJDxkMISlz2qaxA3jcehXjhEJLWbGvZg2ebzqhKFSI9Vdc2PyfEBrSyPTmu196f3vB4hqwUDCob9ihsXUixekg10g9IefccG2bsNp7dVXexA7aMH4lSoasa_S4/s320/DSC_6827.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Gqw-Y9IObnOsjh-_pgJDxkMISlz2qaxA3jcehXjhEJLWbGvZg2ebzqhKFSI9Vdc2PyfEBrSyPTmu196f3vB4hqwUDCob9ihsXUixekg10g9IefccG2bsNp7dVXexA7aMH4lSoasa_S4/s640/DSC_6827.JPG" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLG3NIQMlj3s4g-0q1lRSJXAcqxVVTRJ_TsBpJIFWs7DKnMRPVe5_DZzuw8GyiebttocKu-VIuhqNoFL2S2z6EU5Pd2795Cxuhcl5kaesaF08DvQN9YhJfOq_aZfFWMhDwnBcNKUDUGJA/s320/DSC_6838.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam workshop Teater Api yang dilaksakanan sehari sebelum pertunjukan Luhur Kayungga, selaku sutradara sekaligus pemateri utama menyampaikan materinya seperti ini: Dalam dunia. Lebih khusus lagi di dalam dunia teater, tata artistik merupakan bagian penting dalam sebuah pementasan, selain lighting, penataan musik, dan permainan handal para aktornya. Tentu saja banyak kaidah yang harus dikenali dari berbagai macam bentuk atau aliran teaternya.<br />
<br />
Dalam teater konvensional (realis), kita tidak hanya melakukan “peniruan“ terhadap realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari secara fisikal, lebih dari itu artistik harus peka menangkap dan menciptakan atmosfir sesuai kebutuhan dalam pementasan di panggung. Karena di dalam prosesnya kita mesti banyak mengenali realitas itu sendiri (terutama soal visual) atau seorang penata artistik harus mampu merekonstruksikan realitas yang dia tangkap untuk membangun sebuah realitas baru dalam sebuah pementasanya.Berbeda dengan teater non konvensional yang tidak hanya menyerap realitas–realitas seperti halnya teater konvensional dan membangun atmosfirnya, lebih dari itu juga ungkapan visualnya lebih cenderung dibungus dalam bentuk abstraksi yang lain lewat simbol, ikon, dan lain sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLG3NIQMlj3s4g-0q1lRSJXAcqxVVTRJ_TsBpJIFWs7DKnMRPVe5_DZzuw8GyiebttocKu-VIuhqNoFL2S2z6EU5Pd2795Cxuhcl5kaesaF08DvQN9YhJfOq_aZfFWMhDwnBcNKUDUGJA/s320/DSC_6838.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLG3NIQMlj3s4g-0q1lRSJXAcqxVVTRJ_TsBpJIFWs7DKnMRPVe5_DZzuw8GyiebttocKu-VIuhqNoFL2S2z6EU5Pd2795Cxuhcl5kaesaF08DvQN9YhJfOq_aZfFWMhDwnBcNKUDUGJA/s640/DSC_6838.JPG" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
Sebagai catatan terakhir, sebuah gagasan, ide dan perencanaan yang telah kita susun mesti berhadapan lagi dengan realitas yang kita miliki seperti: tempat pertunjukkan, properti yang kadang justru diluar perencanaan dan diluar dugaan kita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Apapun realitasnya mesti kita hadapi sebagai bagian dari dinamika untuk menyusun realitas baru : REALITAS GAGASAN DALAM KARYA.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghMO2LPviOjhizVxLHp85ZxUm8EqFg_Pn0c-IcQXZw3sIYNjQ7d7_PFJ7Gl78cM3yIQHTD5BgqANihNeKSneYnyAVnkWnrJJDEbBGNZ8S4TyJQhmwuLLDk-SzTDX5MYjsJrWcFQaRklKw/s1600/DSC_0157.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghMO2LPviOjhizVxLHp85ZxUm8EqFg_Pn0c-IcQXZw3sIYNjQ7d7_PFJ7Gl78cM3yIQHTD5BgqANihNeKSneYnyAVnkWnrJJDEbBGNZ8S4TyJQhmwuLLDk-SzTDX5MYjsJrWcFQaRklKw/s640/DSC_0157.JPG" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-981990756736866304.post-48826108911926475352012-02-15T21:10:00.000-08:002012-02-16T04:27:09.373-08:00Inilah Objek Wisata indonesia Yang Berstatus " Warisan Dunia "<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>1. Taman Nasional Ujung Kulon</b>Taman yang menjadi taman nasional pertama yang diresmikan di Indonesia ini mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tahun 1991. Taman nasional ini terletak di bagian paling barat dari Pulau Jawa. Taman yang juga meliputi wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang ini memiliki luas sekitar 1.206 km2, di mana 443 km2 di antaranya adalah laut. Sebenarnya, pada awalnya, taman ini merupakan daerah pertanian sampai akhirnya menjadi hancur lebur dan habis penduduknya akibat letusan Gunung Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883. Kejadian tersebut menyebabkan kawasan ini kembali menjadi hutan.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/badakjawa.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 246px; padding: 1px; width: 368px;" /><br />
</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: small;">Saat ini kawasan tersebut dijadikan sebagai kawasan perlindungan untuk satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Satwa langka lain yang dilindungi selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).<br />
<br />
<b>2. Taman Nasional Komodo</b><br />
Taman Nasional Komodo mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tahun 1991. Taman yang terletak di antara pulau Sumbawa dan Flores ini terdiri atas tiga pulau besar, yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil lainnya. Taman ini didirikan pada tahun 1980 untuk melindungi komodo serta habitatnya. Selain komodo, di taman nasional ini juga terdapat sekitar 277 spesies hewan lainnya yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia. Selain itu, terdapat pula sekitar 253 spesies terumbu karang di perairannya yang terkenal juga sebagai salah satu titik terbaik di dunia untuk menyelam. Kini, taman nasional ini juga masuk menjadi salah satu dari nominasi 7 keajaiban dunia.<br />
<br />
<b>3. Taman Nasional Lorentz</b><br />
Taman Nasional Lorentz, Papua Barat diakui oleh UNESCO pada tahun 1999. Dengan luas wilayah sebesar 25.000 km2, taman nasional ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Kawasan ini juga merupakan salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang memiliki gletser di daerah tropis. Taman ini memiliki keanekaragaman hayati yang mengagumkan. Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di taman ini berjumlah sekitar 630 jenis burung dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini yakni dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik di antaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx). Satwa mamalia yang tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.<br />
<br />
<b>4. Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)</b><br />
Warisan hutan hujan tropis Sumatera yang meliputi tiga taman nasional tersebut mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tahun 2004.<br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/sumatra_0164.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 291px; padding: 1px; width: 436px;" /><br />
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sendiri merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua provinsi, yakni Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. TNGL ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pengunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Di kawasan TNGL ini, terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.<br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/rafflesiaarnflw1.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 327px; padding: 1px; width: 436px;" /><br />
Sedangkan, taman nasional Kerinci Seblat merupakan taman nasional yang terbesar di Sumatera. Taman ini membentang ke empat provinsi, yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Taman ini terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang merupakan wilayah dataran tertinggi di Sumatera, mata air-mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Tujuh. Taman nasional ini juga memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Titan Arum. Fauna di wilayah taman nasional terdiri antara lain Harimau Sumatra, Badak Sumatra, Gajah Sumatra, Macan Dahan, Tapir Melayu, Beruang Madu dan sekitar 370 spesies burung.<br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/harimau-sumatera1-e1278376031946.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 250px; padding: 1px; width: 442px;" /><br />
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan termasuk dalam administrasi wilaya Lampung Barat dan wilayah Tanggamus, di mana keduanya adalah bagian dari Provinsi Lampung. Taman ini sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati dan merupakan tempat tinggal bagi tiga jenis mamalia besar yang paling terancam di dunia: gajah Sumatera (kurang dari 2000 ekor yang bertahan hidup saat ini), badak Sumatera (populasi global keseluruhan: 300 individu dan semakin berkurang drastis jumlahnya) dan harimau Sumatera (populasi global keseluruhan sekitar 400 individu). Taman ini masuk juga dalam Global 200 Ecoregions, yaitu peringkat habitat darat, air tawar dan laut di bumi yang paling mencolok dari sudut pandang biologi yang dibuat oleh WWF. Taman ini disorot sebagai daerah prioritas untuk pelestarian badak Sumatera melalui program Asian Rhino and Elephant Action Strategy (AREAS) dari WWF. Selain itu, IUCN, WCS dan WWF telah mengidentifikasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Unit Pelestarian Macan (Wikramanayake, dkk., 1997), daerah hutan yang paling penting untuk pelestarian harimau di dunia. Terakhir, pada tahun 2002, UNESCO telah memilih daerah ini untuk diusulkan sebagai World Heritage Cluster Mountainous Area beserta Taman Nasional Gunung Leuser dan Kerinci Seblat.<br />
<br />
<b>World Heritage of Culture</b><br />
I<b>ndonesia memiliki 3 objek dengan status "World Heritage of Culture". Objek-objek tersebut antara lain adalah:</b><br />
<b>1. Candi Borobudur</b><br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/borobudur.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 312px; padding: 1px; width: 436px;" />Candi Borobudur mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tahun 1991. Merupakan candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini didirikan oleh penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi yang bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala (lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha) ini tidak memakai semen sama sekali dalam pembangunannya, melainkan dengan sistem interlock (seperti balok Lego yang bisa menempel tanpa lem).<br />
<b> </b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>2. Candi Prambanan</b><br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/prambanan.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 621px; padding: 1px; width: 437px;" /><br />
Candi Prambanan mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tahun 1991. Merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi yang terletak 17 km dari pusat kota Yogyakarta ini dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, yakni Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Candi ini memiliki tiga candi utama di halaman utama, yakni Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut merupakan lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu.<br />
<br />
<b>3. Situs Sangiran</b><br />
<img alt="" border="0" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRy7AQB71Ye2ohOxegews7Gj8AyXisojokS_0BdvpUEi_kFO44&t=1&h=171&w=217&usg=__AAgO1Sp7Z8sWrfxScXq8yI66Y6g=" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; padding: 1px;" /><br />
Situs Sangiran diakui UNESCO pada tahun 1996. Merupakan sebuah situs arkeologi yang terletak di Jawa Tengah. Secara administratif terletak di kabupaten Sragen dan Karanganyar. Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau. Di situs ini, kita bisa menemukan banyak informasi soal sisa-sisa kehidupan masa lampau. Selain itu, terdapat informasi lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba dengan segala hal yang ada di sekelilingnya. Dari soal tempat hidup, pola kehidupannya, satwa yang hidup bersamanya sampai proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.<br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">W</span><b>orld Heritage of Intangible Culture</b><br />
<i>Di kategori ini, Indonesia memiliki 4 objek, yakni:</i><b><br />
<br />
1. Wayang</b><br />
Merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)". Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).<br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/wayang_big1.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; padding: 1px;" /><br />
Saat ini, wayang tidak hanya sebatas wayang kulit dan wayang orang saja, ada juga e-wayang yang keseluruhan proses pembuatannya menggunakan sarana dan fasilitas digital. E-wayang dapat dilihat melalui website<br />
<br />
<b>2. Keris</b><br />
Keris mendapatkan pengakuan UNESCO pada tahun 2005. Keris yang saat ini kita kenal adalah hasil proses evolusi yang panjang. Keris modern yang dikenal saat ini adalah belati penusuk yang unik dengan bermacam bentuk. Selain digunakan sebagai senjata, keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.<br />
<b>3. Batik</b><br />
<img alt="" border="0" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRni1W0PDwf8zSeAnaTTyj1zqRXNgFq-CE0NXcFlWqRQ4mUCJg&t=1&usg=__U2vU6faG3tHQ1gc7dw-MwJkWG5E=" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; padding: 1px;" /><br />
Batik diakui sebagai World Heritage oleh UNESCO pada tahun 2009. Untuk merayakannya, Indonesia menjadikan setiap tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. Batik Indonesia memiliki motif bermacam-macam tergantung pada daerahnya.<br />
<br />
<b>4. Angklung</b><br />
<img alt="" border="0" src="http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/10/angklung.jpg" style="background-color: transparent; border: 1px solid transparent; height: 439px; padding: 1px; width: 409px;" /><br />
Angklung direncanakan akan mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tanggal 18 November yang akan datang. Alat musik bambu yang dapat menghasilkan suara sangat indah ini gemanya sudah terkenal hingga ke mancanegara.</span></div><br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber : http://nyatanyatafakta.blogspot.com/2012/02/inilah-objek-wisata-indonesia-yang.html </span>alikhaishttp://www.blogger.com/profile/14274147041502770824noreply@blogger.com